| ( ! ) Notice: Undefined index: keyword in /home/sakaka/public_html/web/search-result.php on line 15 | ||||
|---|---|---|---|---|
| Call Stack | ||||
| # | Time | Memory | Function | Location |
| 1 | 0.0001 | 398352 | {main}( ) | .../search-result.php:0 |
Mengapa teknologi PIDS merupakan alternatif terbaik dalam pengukuran partikel berdiameter sub-mikron?
Partikel berdiameter sub-mikron memiliki intensitas hamburan cahaya yang hampir sama pada tiap sisi dengan bentuk dan intensitas yang hampir serupa. Hal ini dapat menyebabkan sulitnya membedakan pola fisik dari tiap partikel yang mengakibatkan ketidakakuratan ukuran dari partikel yang diperoleh.
Berbeda dengan partikel besar yang memiliki hamburan cahaya yang kuat pada sudut yang rendah dan dapat dengan mudah terlihat berkas hamburan cahaya maksimal dan minimal (Gambar 1), artinya detektor ditempatkan dengan posisi sudut rendah relatif pada sistem optik dilengkapi dengan resolusi angular yang tepat dapat mampu mendeteksi ukuran partikel dari sisi maksimal dan minimal. Namun tidak demikian dengan partikel kecil hanya memiliki hamburan cahaya yang lemah dan tidak terlihat nilai maksima dan minimanya walaupun telah menggunakan pembacaan pada sudut yang besar (Gambar 1), sehingga mengakibatkan deteksi dan resolusi yang dihasilkan menjadi sulit diketahui.
Gambar 1. Grafik Berkas Hamburan

Kebanyakan manufaktur instrument pengukuran partikel menggunakan variasi sudut dan fokus pada pengukuran dari hamburan cahaya . Hal ini dapat dilakukan, akan tetapi bukan solusi yang baik dan lengkap. Namun Beckman Coulter mencetuskan sistem teknologi PIDS, yang merupakan solusi cerdas untuk masalah pengukuran partikel sub-mikron. Teknologi yang bekerja sangat mudah yang di dasarkan pada teori MIE.
Teknologi PIDS bergantung pada sifat alami dari cahaya yaitu sifat tranversal (tegak lurus arah gerak), sifat ini terdiri dari sifat magnetik dan sifat elektrik pada sudut 90oC atau sifat elektrik/listrik yang bergerak naik dan turun yang disebut polarisasi vertikal. Cahaya pada 3 panjang gelombang (yaitu 450nm, 600nm dan 900nm) secara berurutan mengenai sampel, dengan diawali secara vertikal kemudian polarisasi cahaya secara horisontal.
LS 13 320 (Gambar 2) mengukur hamburan cahaya dari sampel secara keseluruhan dari semua sudut (besar dan kecil). Dengan menganalisa perbedaan antara radiasi cahaya horisontal dan vertikal untuk setiap panjang gelombang, maka akan diperoleh informasi mengenai ukuran partikel dari sampel. Penting untuk diingat bahwa Beckman mengukur perbedaan sinyal polarisasi vertikal dan horisontal bukan hanya nilai polarisasi.
Gambar 2. LS 13 320 series, Laser Diffraction Particle Size Analyzer (sumber : www.beckmancoulter.com)

Intensitas hamburan tiap sudut diinformasikan dari sinyal PIDS, kemudian disusun dalam standard algoritma, kelebihan lain dari data yang dihasilkan oleh PIDS adalah cara interpretasi data sementara yang simpel dan cepat serta menginformasikan apakah partikel sub-mikron ini benar-benar ada atau tidak, sebagaimana partikel besar yang tidak muncul akibat perbedaan sinyal oleh partikel kecil.-OR-
sumber : https://www.beckmancoulter.com/wsrportal/bibliography?docname=A-1995A.pdf
Read more »Distribusi ukuran partikel dan konsentrasi partikel dalam minyak dapat diukur dengan menggunakan metode electrical sensing zone (ESZ). Didasarkan dengan standar internasional ISO 4406 mengenai kontaminasi padatan di dalam cairan hidrolik dan pelumas. Beckman Coulter Multisizer 4 di rancang untuk d melakukan analisis penentuan ukuran dan konsentrasi partikel di dalam minyak.
Dalam analisanya dibutuhkan larutan elektrolit organik yang digunakan sebagai blanko, maupun larutan elektrolit penunjang yang ditambahkan sampel yang akan diukur. Hasil yang ditampilkan dalam bentuk jumlah partikel per millimeter
I. Prosedur
a.1 Prepasi larutan elektrolit
Siapkan elektrolit dengan cara melarutkan 20 g NH4SCN kedalam 1 L isopropyl alkohol, kemudian di filter menggunakan membrane dilter ukuran 0,45 πm
a.2 Preparasi Sampel
Jika minyak yang diukur tidak larut di dalam larutan elektrolit, maka perlu penambahan pelarut yang mampu melarutkan minyak dan kemudian dari larutan tersebut di masukan ke dalam larutan elektrolit.
b.1 Minyak Yang Larut Di Dalam Isopropyl Alkohol
Masukan 20 mL larutan eletrolit kedalan 20 mL Accuvette® II. Pipet 2.0 mL dari sampel minyak kedalan elektrolit, volume ini akan berbeda tergantung dari sumber asal minyak, aduk sampai larut dan pastikan tidak ada gelembung udara.
b.2 Minyak Yang Tidak Larut Dalam Isopropyl Alkohol
10 mL Methyl Isobutyl Keton (MIK) dimasukan ke dalam gelas ukur. Tambahkan 2.0 mL sampel minyak ke dalam larutan MIK, jumlah volume swampel minyak yang ditambahkan berbeda-beda tergantung dari sumber asal minyak. Larutan diaduk perlahan sampai homogen dan pastikan tidak ada gelembung udara. Masukan 20 mL larutan elektrolit kedalam L Accuvette® II. Kemudian pipet 2.0 mL larutan MIK-Minyak ke dalam larutan larutan elektrolit, kemudia aduk perlahan sampai homogen dan pastikan tidak ada gelembung udara yang terbentuk.
c. Memasukan Sampel Ke Dalam MS4 Dan Dapatkan Informasi Yang Diinginkan
Masukan informasi sampel kedalam software MS4 seperti faktor dilusi, volum minyak yang digunakan. Dengan memasukan data yang dibutuhkan, maka software di MS4 akan otomatis mengkakulasi konsentrasi partikel di dalam sampel minyak.
2. Analisis Sampel
Siapkan blanko dengan mengikuti prosedur yang sama pada saat preparasi sampel, namu untuk blanko tanpa adanya penambahan sampel. Masukan blanko untuk pertama kali, kemudian masukan sampel minyak yang telah di preparasi.
3. Hasil
Hasil dapat direpresentasikan sebagai seluruh distribusi ukuran, jumlah partikel atau jumlah partikel di atas, di bawah atau di dalam karena ukuran kategori di kisaran distribusi ukuran dengan menggunakan fitur Interpolation di Software Multisizer 4 Software.-OR-
4. Daftar Pustaka
Diunduh dari http://www.beckmancoulter.com/wsrportal/bibliography?docname=ta-103.pdf . 5 Oktober 2015. Jakarta,Indonesia.
Read more »
Kemampuan distribusi obat dalam tubuh untuk obat berbentuk tablet, inhaler bentuk kering, supensi maupun krim (gel) sering berhubungan langsung dengan ukuran partikel di dalam komponen obat tersebut.
Salah satu contohnya, pengaruh distribusi ukuran partikel dalam struktur tablet berpengaruh terhadap kekuatan tablet (Alderborn, 1982), dengan adanya perbedaan ukuran partikel menyebabkan perbedaan perilaku kompleks senyawa di dalam struktur tablet, sehingga mempengaruhi kekuatan mekanik di dalam tablet yang menyebabkan ketidakstabilan dan kekuatan bentuk dari tablet pada saat penyimpanan (Frauke Fichtner, Ake Rasmuson, Go¨ran Alderborn,2005).
Bagi kebanyakan obat tablet, partikel yang lebih kecil dapat menghasilkan tablet yang lebih kuat karena partikel yang lebih kecil memberikan total area yang lebih besar untuk ikatan dari partikel yang lebih besar (Changquan Sun, David J.W. Grant ,2001), namun efek dari ukuran partikel awal terhadap kekuatan tablet bergantung pada sifat mekanik bahan awal, misalnya, obat yang berbahan dasar natrium klorida, kekuatan tablet meningkat dengan meningkatnya ukuran partikel karena pembentukan ikatan yang kuat (Alderborn dan Nystrom, 1982).
Fungsi lain pengukuran partikel di dalam obat lainnya adalah untuk mengetahui bentuk kristal organik penyusun obat, yang nanti akan berhubungan langsung dengan tingkat kemurnian dari obat, contohnya obat parasetamol yang tersusun dari dua bentuk kristal organik yaitu bentuk monoklin dan bentuk orthorombik (Di Martino, et all., 1996; Joiris et al, 1998), kristal monoklin merupakan adalah jenis kristal yang ada pada obat parasetamol yang biasa digunakan dalam pembuatan tablet yang banyak di konsumsi oleh masyarakat, ukuran partikel pada parasetamol akan mempengaruhi bentuk kristal yang yang akan terbentuk, sehingga berpengaruh terhadap hasil akhir formulasi obat.
Dari keterangan diatas, menunjukan bahwa ukuran partikel dari obat, dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas dari obat yang dihasilkan. Saat ini pengukuran banyak terdapat metode pengukuran partikel, teknologi yang cocok dengan pengukuran partikel di dalam obat diantaranya adalah teknologi dynamic light scattering dan laser diffraction .
Dynamic light scattering merupakan teknologi yang mampu mengukur partikel hingga ukuran nano, dengan metode ini, nilai dari zeta potensial dari sampel juga dapat terukur yang salah satu fungsinya adalah mampu mengetahui ketahanan sampel. DelsaMax Pro merupakan instrument dari Beckman yang menggunakan metode Dynamic Light Scattering dan Zeta Potensial untuk membaca ukuran partikel.

Gambar 1. Delsa Max Pro
Berbeda dengan teknologi dynamic light scattering, teknologi laser diffraction sudah lama di gunakan untuk menentukan ukuran partikel, sesuai dengan standar ISO 13 320, teknologi ini mampu mengukur sampel baik dalam bentuk liquid (viscous atau non viscous), aqueous, ataupun solid. LS 13 320 adalah instrument dari Beckman yang menggunakan metode Laser difracttion sesuai dengan standar ISO 13 320. Dilengkapi dengan berbagai modul sampel, sehingga user mampu mengukur ukuran partikel dari sampel yang berwujud padatan, cairan, ataupun suspensi.

Gambar 2. LS 13 320
Bagaimana cara memilih teknologi yang cocok untuk mengukur partikel dalam obat anda ?
Dynamic Light Scattering (DLS) merupakan pengukuran partikel yang didasarkan pada difusi dari gerak Brown, partikel didalam gerakan Brown terjadi perbedaan elektrisitas, yang mana perbedaan elektrisitias ini akan yang menjaga volum partikel. Mobilitas elektrositas tersebut di monitor dengan sinar dan hasil sinar yang dihamburkan di korelasikan sebagai hasil. atau bisa dikatakan kecepatan dari partikel yang terdifusi karena gerakan Brown terukur sebagai intensitas cahaya yang tersebar (light scattering), semakin besar partikel yang diukur maka semakin lambat gerak Brown yang dihasilkan, begitu juga sebaliknya semakin kecil partikel yang diukur maka akan semakin cepat gerakan Brown nya (gambar 3)

Gambar 3. prinsip dasar pengukukuran dynamic light scattering
Kemampuan untuk mengukur sampel hingga ukuran nanopartikel (gambar 4). Jenis obat yang umum di pasaran memiliki ukuran partikel mikron; misalnya, parasetamol, ibuprofen, dan sejenisnya. Untuk jenis obat injeksi juga, ukuran nya biasanya kurang dari 5 mikron, yang akan cocok dan terbaik untuk menggunakan teknologi dynamic light scattering.

gambar 4. perbadingan ukuran diameter
Laser diffraction adalah teknologi yang memanfaatkan sinar laser melewati partikel, yang akanmenghasilkan sinar yang di hamburkan, baik itu dari hamburan sinar yang terserap atau hamburan dari sinar yang diteruskan, yang nantinya penjumlahan dari hamburan tersebut akan di baca oleh detektor, sehingga ukuran dari partikel dari sampel dapat diketahui (gambar 5)

gambar 5. Prinsip dasar pengukuran menggunakan teknologi laser diffraction
Partikel besar akan menghamburkan cahaya pada sudut yang sempit dengan intensitas tinggi sedangkan partikel kecil akan menyebar di sudut yang lebih luas tetapi dengan intensitas rendah, sehingga grafik fluktuasi dari partikel yang lebih kecil akan lebih rapat dibandingan dengan partikel yang lebih besar. Sedangkan untuk sinar yang dipancarkan dari panjang gelombang yang lebih kecil memberikan peningkatan sensitivitas terhadap partikel sub-mikron, sedangkan panjang gelombang yang lebih besar digunakan untuk mengukur partikel yang lebih besar. Untuk quality control (QC) dari obat, metode laser diffraction banyak digunakan, dikarenakan jenis sampel yang dapat diukur lebih bervariasi, dari mulai padatan, larutan ataupun cairan viskos.-OR-
Daftar Pustaka
Alderborn, G., Nystro¨m, C., 1982. Studies on direct compression of tablets. IV. The effect of particle size on the mechanical strength of tablets. Acta Pharm. Suec. 19, 381–390.
Beckman Coulter Life Sciences, How to Improve your Particle Analysis by Switching from Sieves to Laser Diffraction, 2014, Beckman Coulter Life Sciences
Changquan Sun, David J.W. Grant., Effects of initial particle size on the tableting properties of L-lysine monohydrochloride dihydrate powder, International Journal of Pharmaceutics 215 (2001) 221–228.
Di Martino, P., Guyot-Hermann, A.-M., Conflant, P., Drache, M., Guyot, J.-C., 1996. A new pure paracetamol for direct compression: the orthorhombic form. Int. J. Pharm. 128, 1–8.
Frauke Fichtner, Ake Rasmuson, Go¨ran Alderborn., Particle size distribution and evolution in tablet structure during and after compaction, International Journal of Pharmaceutics 292 (2005) 211–225.
Joiris, E., Di Martino, P., Berneron, C., Guyot-Hermann, A.-M., Guyot, J.-C., 1998. Compression behaviour of orthorhombic paracetamol. Pharm. Res. 15, 1122–1130.
www.beckmancoulter.com/wsrportal/wsr/industrial/applications/pharmaceuticals/index.htm, diunduh pada tanggal 5 Oktober 2015.
Read more »
Teori pH
PH terdiri dari huruf “p” dan “H” yang berarti “Power of Hydrogen”. Dalam larutan berair mengandung banyak molekul H2O yang merupakan kombinasi dari ion hidrogen dan ion hidroksida. pH menggambarkan banyaknya aktifitas ion hidrogen dan ion hidroksida dalam suatu larutan berair. pH juga menjelaskan bahwa larutan tersebut bersifat asam ataupun basa. Bilamana aktifitas ion hidrogen meningkat maka pH akan menurun, larutan bersifat asam. Sedangkan larutan bersifat basa atau alkali, dimana aktifitas ion hidroksida meningkat dan nilai pH menjadi meningkat.
Pengukuran pH
Pengukuran pH dilakukan dengan metode potensiometri menggunakan elektroda, yang sering disebut pH meter dan probe. Elektroda pH (Gambar 1) bekerja dengan adanya kerjasama antara eletroda reference dan eletroda Hidrogen (ISE) atau elektroda working. Selain ini komponen dari eletroda pH terdiri dari elektroda body, larutan elektrolit, reference junction (jembatan garam) dan pH-sensing bulb (membran sensor).
Material dari komponen elektroda tersebut akan berbeda antara eletroda satu dengan lainnya karena menyesuaikan sifat larutan sampel yang akan diukur.
Jenis sampel menentukan tipe elektroda yang digunakan. Tiap sampel memiliki karakteristik sifat yang berbeda-beda, diantaranya memiliki sifat viscous, mengandung alkali atau asam yang berlebih, maupun memiliki sifat ionik yang sangat rendah.
Gambar 1. Komponen Elektroda pH

Memilih Elektroda yang Sesuai
Komponen elektroda yang penting untuk dicermati sebelum memilih elektroda yang tepat adalah
a. Bodi Elektroda
Terdapat 2 jenis bahan untuk bodi elektroda yaitu glass dan epoxy. Bahan glass biasa digunakan di semua jenis sampel, baik dipilih apabila sampel mengandung solvent/pelarut. Untuk elektroda berbahan epoxy atau plastik, lebih rugged sehingga dapat digunakan untuk aplikasi di laboratorium maupun lapangan
b. Reference Electrolyte
Reference electrolyte adalah larutan elektrolit berupa KCl yang sengaja diisikan ke bodi dalam elektroda sebagai reference. Terdapat 3 bentuk elektrolit yaitu liquid, yang dapat direfil ke elektrode apabila sudah habis atau dibersihkan. Elektrolit liquid bisa digunakan untuk semua sampel, karena bentuknya yang cair maka sesuai untuk jenis sampel yang ekstrem seperti untuk sampel viscous, memiliki sifat ionik rendah maupun tinggi, sampel tanah atau limbah dan sampel-sampel sulit lainnya. Jenis elektrolit ini memiliki respon yang cepat.
Kemudian elektrolit gel dan polimer. Kedua jenis elektrolit ini tidak seperti liquid yang memiliki outflow yang tinggi, elektrolit gel dan polimer lebih mudah dimaintenance karena tidak perlu refill, akan tetapi memiliki lifetime yang singkat. Untuk aplikasi lebih baik digunakan untuk kebutuhan pengecekan sampel air.
c. Reference Junction
Reference junction atau jembatan garam merupakan tempat kontak elektrik antara sistem reference dengan larutan sampel. (Tabel 1)
Tabel 1. Tipe Bentuk Reference Junction (Salt Bridge)

d. Membran Sensor (pH-Sensing bulb)
Membran sensor adalah lapisan gel di bagian dalam dan luar bulb, lapisan ini sangat tipis. Membran ini berfungsi sebagai tempat pertukaran ion hidrogen dari dalam layer dengan ion hidrogen dari sampel. Membran sensor memiliki beberapa bentuk yang menyesuaikan bentuk sampel. (Tabel 2)
Tabel 2. Tipe-tipe Bentuk Membran sensor

e. Jenis Elektroda (Kombinasi atau Diferensiasi)
Jenis eletroda yaitu elektroda kombinasi atau eletroda diferensiasi, dimana kombinasi adalah eletroda reference dan elektroda working terdapat dalam 1 bodi elektroda, sedangkan diferensiasi dibutuhkan 2 elektroda yang terpisah.
Beberapa principle memiliki tipe elektroda pH yang dapat digunakan untuk pengukuran pH sampel, yang telah disesuaikan bentuk dan karakteristiknya dengan beberapa jenis sampel.
Daftar Pustaka
Thermo Scientific : Thermo Scientific pH Electrode Handbook. www.thermoscientific.com (diakses 26 Oktober 2015)
YSI Laboratory : The pH Handbook a Practical Guide to pH Measurement. ysi.com/ysi-blog (diakses 26 Oktober 2015)
Read more »
Limbah cair industri adalah buangan hasil proses/sisa dari suatu kegiatan/usaha industri yang berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu saat dan tempat tidak dikehendaki lingkungannya. Karakteristik dari limbah cair di bagi menjadi 3, yaitu karakteristik limbah cair fisik, kimia dan biologis.
Karakteristik fisik
a. Total Solid (TS) merupakan padatan didalam air yang terdiri dari bahan organik maupun anorganik yang larut, mengendap, atau tersuspensi dalam air.
b. Total Suspended Solid (TSS) merupakan total padatan tersuspensi di dalam air
c. Warna , pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan meningkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abu– abu menjadi kehitaman.
d. Kekeruhan disebabkan karena ada partikel koloid yang terdiri dari kwartz, tanah liat, sisa bahan-bahan industri, protein dan ganggang yang terdapat dalam limbah.
e. Temperatur merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air selanjutnya untuk berbagai aktivitas sehari – hari.
f. Bau merupakan parameter yang subjektif. Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah terurai dalam limbah dan mengeluarkan gas-gas seperti Sulfida dan Amoniak.
2. Karateristik Kimia
a. BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau mg/l yang dipergunakan untuk menguraikan bahan organik oleh mikroorganisme. (secara biokimiawi). Pada pengujian sampel BOD perlu dilakukan inkubasi minimal 5 hari.
b. Chemical Oxygen Demand (COD) adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau mg/l yang dibutuhkan untuk menguraikan bahan organik secara kimiawi. Metode analisa ini lebih singkat waktunya dibandingkan dengan analisa BOD. Pengukuran COD dilakukan dengan cara memanaskan sampel di dalam reaktor khusus COD selama 2 jam.
c. Dissolved Oxygen (DO) adalah kadar oksigen terlarut. Oksigen terlarut digunakan sebagai derajat pengotoran limbah yang ada. Semakin besar oksigen terlarut, maka derajat pengotoran semakin kecil
d. Ammonia (NH3) adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor (Soemirat, 1994). Ammonia terdapat dalam larutan berupa senyawa ion ammonium atau ammonia. tergantung pada pH larutan
e. Derajat keasaman (pH) dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme. Ph normal untuk kehidupan air adalah 6– 8.
f. Logam Berat, bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam berat.
g. Gas Methan, terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam kondisi anaerob pada air limbah. Gas ini dihasilkan lumpur yang membusuk pada dasar kolam, tidak berdebu, tidak berwarna dan mudah terbakar
h. Lemak dan minyak , yang terdapat dalam limbah bersumber dari industri yang mengolah bahan baku mengandung minyak bersumber dari proses klasifikasi dan proses perebusan. Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga membentuk selaput
3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.
a. Virus menyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis. Secara pasti modus penularannya masih belum diketahui dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan (effluent) pengolahan air.
b. Vibrio Cholera menyebabkan penyakit kolera asiatika dengan penyebaran melalui air limbah yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung vibrio cholera.
c. Salmonella Spp dapat menyebabkan keracunan makanan dan jenis bakteri banyak terdapat pada air hasil pengolahan limbah.
d. Shigella Spp adalah penyebab disentri bacsillair dan banyak terdapat pada air yang tercemar. Adapun cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan kotoran manusia maupun perantaraan makanan, lalat dan tanah.
e. Basillus Antraksis adalah penyebab penyakit antrhak, terdapat pada air limbah dan sporanya tahan terhadap pengolahan.
f. Mycobacterium Tuberculosa adalah penyebab penyakit tuberculosis dan terutama terdapat pada air limbah yang berasal dari sanatorium.
Sedangkan untuk pengolahan limbah cair industri itu sendiri dapat dilakukan menjadi 3 tahap, yaitu :
1. Pengolahan fisika
Pengolahan secara fisika dilakukan pada limbah cair dengan kandungan bahan limbah yang dapat dipisahkan secara mekanis langsung tanpa penambahan bahan kimia atau tanpa melalui penghancuran secara biologis
2. Pengolahan kimia
Pengolahan secara kimia merupakan proses pengolahan limbah dimana penguraian atau pemisahan bahan yang tidak diinginkan berlangsung dengan adanya mekanisme reaksi kimia (penambahan bahan kimia ke dalam proses)
3. Pengolahan biologis
Pengolahan secara biologi merupakan sistem pengolahan yang didasarkan pada aktivitas mikroorganisme dalam kondisi aerobik atau anaerobik ataupun penggunaan organisme air untuk mengabsorbsi senyawa kimia dalam limbah cair.

Read more »
Liposom adalah gelembung kecil (vesikel), terbuat dari bahan yang sama sebagai membran sel. Sebagai pembawa obat yang mirip dengan membrane biologis, Liposom merupakan zat yang biokopatible yang sangat baik di bidang medis. Liposom tidak hanya menghantarkan obat dengan konsentrasi tinggi, tetapi juga memungkinkan obat tertuju pada sel atau organ spesifik. Oleh karena itu penggunaan Liposom dapat mengurangi efek samping obat Karena distribusi obat ke sel atau organ lain dapat dikurangi. Aplikasi in vivo saat ini liposom dapat digunakan dalam diagnosis, kemoterapi kanker, terapi imun dan terapi gen. partikel liposom dapat terakumulasi dalam tumor padat sebagai hasil dari efek peningkatan permeabilitas dan retensi (Efek EPR) jika ukuran partikel liposom 100-200 nm. Maka dengan itu ukuran partikel dari liposom yang digunakan untuk sangat mempengaruhi hasil kinerja liposom yang diinginkan.
Pada studi yang telah dilakukan pengukuran diameter partikel dan zeta potensial liposomes (Sigma, Liposome Kit (L-α-phosphatidylcholine (egg yolk), 63 µmol; stearylamine, 18 µmol; and cholesterol, 9 µmol)). Sampel di saring dengan menggunakan filter dengan ukuran diamtere pori 0,2 μm dan di analisis dengan menggunakan metode dynamic light scattering. Dari hasil pembacaan diperoleh nilai distribusi diameter partikel (gambar 1) dan rata-rata diameter partikel (gambar 2).-OR-

Gambar 1. Ukuran distribusi partikel liposom

Gambar 2. Zeta potensial distribusi partikel liposom
Referensi :
1. Beckman Coulter Application Notes, Characterization of Liposomes Using DelsaNano., 15 Desember 2015., Diunduh di https://www.beckmancoulter.com/wsrportal/wsr/industrial/applications/pharmaceuticals/index.htm.
Read more »