Sumber Aneka Karya Abadi - Your trusted partner for laboratory instrument

Search

( ! ) Notice: Undefined index: keyword in /home/sakaka/public_html/web/search-result.php on line 15
Call Stack
#TimeMemoryFunctionLocation
10.0001398392{main}( ).../search-result.php:0

News & Article Result for "" 413 posts

  • Pengaruh Ukuran Partikel Pada Kosmetik (Teknologi Nanopartikel)

    Thursday, 31 March 2016

              Teknologi nanopartikel saat ini banyak digunakan untuk berbagai aplikasi untuk meningkatkan kualitas fungsi dari produk. Tidak ketinggalan dengan produk lain, kosmetik saat ini juga mulai menggunakan penambahan nanopartikel di dalam produknya untuk meningkatkan kualitas.Teknologi nanopartikel saat ini banyak di gunakan untuk berbagai aplikasi untuk meningkatkan kualitas fungsi dari produk. Tidak ketinggalan dengan produk lain, kosmetik saat ini juga mulai menggunakan penambahan nanopartikel di dalam produknya untuk meningkatkan kualitas.

              Sifat pembawa bahan nanopartikel mempunyai berbagai keuntungan seperti mencegah hidrasi kulit, meningkatkan efek absorpsi, meningkatkan penetrasi zat aktif dan bersifat lepas terkendali. Salah satu contoh bahan nanopartikel yang sering dipakai untuk kosmetik adalah nanopartikel polimer. Dikarenakan nanopartikel ini digunakan untuk tubuh manusia maka bahan dasar polimer berasal dari bahan alam.

              Banyak pabrik kosmetik saat ini yang menggunakan nanoteknologi untuk mendapatkan perlindungan UV yang lebih baik, lebih mudah untuk masuk ke lapisan kulit, efek yang lebih tahan lama, meningkatkan warna dan kualitas akhir yang baik. Beberapa kosmetik yang menngunakan bahan kimia biasanya adalah krim sunscreen, anti aging, parfum, retinoids, juniper oil, alpha liphoic acid.

             Nanopartikel lipid terbukti memiliki efek sinergis untuk menghamburkan sinar UV jika digunakan sebagai pembawa pada molekular sunscreen. Keuntungan yang dapat diambil dari observasi ini adalah kemungkinan pengurangan konsentrasi dari molekular sunscreen, akibatnya potensi efek samping, serta seperti biaya formulasi sunscreen yang mahal. Selain itu, nanopartikel lipid dapat dieksplorasi untuk memformulasi produk sunscreen dengan nilai Sun Protecting Factor (SPF) rendah sampai sedang.

              Beberapa produsen skin care telah menggunakan nanopartikel untuk menghantarkan formula antiaging ke dalam kulit karena memiliki efektivitas yang lebih tinggi, efisien dan efek yang bertahan lebih lama. Penggunaan aplikasi nanopartikel pada antiacne juga telah digunakan. Penggunaan nanopartikel di dalam parfum berfungsi untuk menjaga ketahanan wangi pada parfum, sehingga wangi parfum bisa bertahan lama meski hanya dengan satu kali penyemprotan.

               Untuk menjaga kualitas nanopartikel yang digunakan perlu dilakukan quality control, diantaranya adalah quality kontrol ukuran partikel.

    1) Ukuran partikel

    Teknik Dynamic Light Scattering  (DLS) atau Hamburan Cahaya Dinamis digunakan untuk mengukur ukuran partikel biasanya di daerah sub mikron. Cara kerjanya adalah partikel tersuspensi dalam cairan menjalani Gerak Brown. Semakin besar partikel, semakin lambat gerak Brown akan. DLS memonitor Gerak Brown dengan hamburan cahaya. kecepatan di mana partikel menyebarkan akibat gerak Brown diukur dengan merekam tingkat di mana intensitas cahaya yang tersebar berfluktuasi. Fungsi lain dari DLS adalah untuk mengukur zetapotential partikel.

    2) Potensial zeta

    Analisis Potensial zeta adalah teknik untuk menentukan muatan permukaan nanopartikel dalam larutan (koloid). Nanopartikel memiliki muatan permukaan yang menarik lapisan tipis ion muatan yang berlawanan dengan permukaan nanopartikel. Lapisan ganda ion bersama dengan nanopartikel berdifusi seluruh solusi. Potensial listrik pada batas lapisan ganda dikenal sebagai potensi Zeta dari partikel dan memiliki nilai-nilai yang biasanya berkisar dari 100 mV sampai - 100 mV. Besarnya potensi zeta dapat memprediksi stabilitas koloid. Nanopartikel dengan nilai Potensi Zeta lebih besar dari +25 mV atau kurang dari -25 mV biasanya memiliki derajat stabilitas tinggi. Dispersi dengan nilai potensial zeta rendah akan menghasilkan agregat karena atraksi Van Der Waal antar-partikel.

                         DelsaMax Pro dari Beckman hadir untuk menghitung ukuran partikel pada nanopartikel. Didasarkan pada metode Dynamic Light Scattering ditambah dengan pengukuran Zeta potensial dengan range pengukuran 0.2 nm to 5000 μm dengan menggunakan volume sampel hanya sebesar 45 μL. dalam waktu pengukuran hanya 1 detik.

              Sistem deteksi menggunakan sistem PALS (Phase Analysis Light Scattering) untuk mendeteksi partikel dari berbagai sudut (multi angle) dan berbagai jenis mobilitas yang di berikan oleh partikel, pada sistem PALS menggunakan 31 detektor untuk analisis. Selain PALS teknologi yang digunakan adalah teknologi QELS (Emmbededd Quasi-Elastic Light Scattering) untuk mengetahui diameter dari partikel (optional option).

    Kami PT.Sumber Aneka Karya Abadi (SAKA) siap membantu anda dalam memilih instrument pengkuran partikel yang sesuai dengan keperluan analisis anda. -OR-

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    Read more »

  • KONDISI STERIL DALAM UJI MIKROBIOLOGI KOSMETIK

    Friday, 08 April 2016

    Tentang Kosmetik

    Kosmetik  menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merupakan bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar yang berfungsi untuk membersihkan, mewangikan, dan mengubah penampilan atau memperbaiki kondisi tubuh sehingga menjadi baik.[1] Pada saat sekarang ini kosmetik menjadi salah satu kebutuhan penting masyarakat yang pasti akan dicari dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. 
    Kosmetik pada dasarnya merupakan bahan yang mengandung zat aktif tertentu yang bisa berasal dari bahan alam maupun bahan kimia. Selain zat aktif terdapat pula zat pewarna, pewangi, dan atau minyak dan air bila kosmetik dalam bentuk cair ataupun krim. Kosmetik yang sudah dikenal luas adalah dalam bentuk cair, powder, krim dan gel. 
    Penggunaan kosmetik diperuntukkan sebagai pemenuh kebutuhan mahluk hidup terutama manusia, maka kualitasnya harus terjaga sangat baik. Kosmetik yang baik adalah kosmetik yang telah teruji secara kimia aman digunakan tanpa menimbulkan efek negatif. Analisa kimia kosmetik meliputi analisa bahan aktif, analisa logam, analisa mikrobiologi dan analisa penunjang lainnya.[2]

    Uji Mikrobiologi

    Analisa mikrobiologi dalam kosmetik adalah analisa yang harus dilakukan, terlebih bila salah satu komposisi kosmetik berasal dari bahan alam. Kosmetik bahan alam sangat mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme. Analisa mikrobiologi standard yang sering dilakukan dalam industri kosmetik meliputi uji batas mikroba, uji angka lempeng total, uji efektifitas pengawet dan uji sterilitas[1]. Pengujian mikrobiologi biasanya menggunakan media biakan untuk identifikasi strain ataupun pengujian present/absent mikroba.

    Semua pengujian mikrobiologi selalu dilakukan dalam kondisi steril dan menggunakan peralatan dan media yang telah disterilkan. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya kontaminan dari mikroba yang tidak diinginkan muncul dalam pengujian selain itu juga melindungi operator dari kemungkinan terjangkit penyakit dari mikroorganisme.

    Kondisi Steril dalam Uji Mikrobiologi Kosmetik

    Kondisi steril dalam mikrobiologi adalah bebas mikroba. Kondisi ini dapat diciptakan dengan melakukan sterilisasi pada lingkungan, peralatan dan media pertumbuhan dengan cara menghilangkan/membunuh semua sel hidup seperti virus, bakteri, spora dan prion[3]. Beberapa jenis sterilisasi meliputi sterilisasi panas, sterilisasi dengan bahan kimia (alkohol, klorin, ozon) dan sterilisasi fisik (filtrasi dan radiasi UV). Semua metode sterilisasi dapat digunakan tapi bergantung pada bahan yang akan disterilkan. Metode sterilisasi dengan bahan kimia seperti alkohol biasa digunakan dalam proses inokulasi. Sedangkan metode sterilisasi panas digunakan untuk mensterilkan peralatan, media dan larutan pereaksi.
    Sterilisasi panas menggunakan instrument yang sering disebut autoklaf dan sterilizer. Sterilisasi panas dapat dibedakan menjadi 2 tipe pemanasan yaitu sterilisasi panas basah (autoklaf) dan sterilisasi panas kering (sterilizer).

    Instrument yang digunakan memiliki chamber yang besar yang berfungsi sebagai tempat sampel. (Gambar 1). Instrument ini menggunakan air yang bertemperatur tinggi dan lingkungan bertekanan. Uap panas yang dihasilkan dari pendidihan air akan memenuhi lingkungan sehingga mengkondisikan sistem menjadi panas. Standar sterilisasi autoklaf dilakukan pada temperatur 121- 134oC dengan waktu yang bervariasi. Mikroba akan mati pada temperatur tersebut. 

     

     

    Autoklaf yang digunakan untuk industri kosmetik (farmasi) memiliki kemampuan dengan pengaturan temperatur 121oC dan pengaturan sistem tekanan. Autoklaf Hirayama dapat digunakan sebagai instrument sterilisasi yang sesuai digunakan dalam industri kosmetik. Autoklaf ini memili beberapa fitur tambahan yaitu pengering dan vakuum.

    Gambar 2. Autoklaf HV (Hirayama)

     

     

    daftar pustaka :

    [1] Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.03.1.23.08.11.07331 Tahun 2011 Tentang Metode Analisis Kosmetika

    [2] Sultana, et al. 2007. Sterilization Method and Principles. Pharmaceutical Microbiology and Biotechnology. New Delhi

    [3]Nikhilesh, Bhana.et al. 2013. A Review : Steam Sterilization a Method of Sterilization. Journal of Biological & Scientific Opinion. Vol.1(2)

    Read more »

  • Analisa Lemak Pada Produk Pangan

    Monday, 02 May 2016

    Lemak dan minyak yang dapat di makan dihasilkan oleh alam, yang dapat bersumber dari bahan nabati atau hewani. Lemak berbeda dengan minyak hanya pada sifat padatnya pada suhu kamar, sedangkan minyak berupa cairan. Lemak merupakan salah satu zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh kita disamping zat gizi lain seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Lemak  merupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi. lemak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin A, D, E dan K. Lemak hewani mengandung banyak sterol yang disebut kolesterol,  sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol dan lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh sehingga umumnya berbentuk cair (minyak). Lemak hewani ada yang berbentuk padat (lemak) yang biasanya berasal dari lemak hewan darat seperti lemak susu, lemak babi, lemak sapi. Lemak hewan laut seperti minyak ikan paus, minyak ikan cod,minyak ikan herring, berbentuk cair. Proses pengujian kadar lemak dapat dilakukan dengan metode :


    1.    Metode Ekstraksi Soxhlet
    2.    Metode Babcock
    3.    Metode Gerber
    4.    Metode Instrumental : metode dielektrik, metode kolorimetri, metode pengukuran densitas
             

               Metode ekstrasi soxhetisasi adalah metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang menggunakan pelarut tertentu,s ehingga semua komponen yang diinginkan tersiolaso. Metode ekstraksi dengan alat soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien dalam pengukuran kadar lemak di dalam bahan pangan,,karena pelarut yang digunakan mudah di dapat, pelarut yang digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan)

             Dalam penentuan kadar lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika sedikit saja basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan. Proses ekstraksi soxhlet selesai apabila pelarutnya yang digunakan sudah jernih. Pelarut yang jernih menandakan bahwa lemak yang terdapat dalam soxhlet telah masuk semua kedalam labu didih. Setelah diperoleh lemak yang diinginkan, maka metode pemanasan dapat digunakan untuk memisahkan antara pelarut dengan lemak, hal ini dapat digunakan karena titik didih lemak yang lebih tinggi dari pelarut, sehingga, berat lemak hasil ekstraksi dapat diukur.

    Alat dan bahan yang digunakan untuk analisis kadar lemak adalah timbangan digital dengan tingkat ketelitian 2 desimal, labu Soxhlet, oven, desikator, botol timbang, oven, kertas saring, dan eter (pelarut). Jika biasanya kita harus menyusun alat soxhlet dengan satu persatu.

    Velp Scientifica memberikan solusi untuk anda dengan menghadirkan produk SER 158 Automatic Solvent Extractor untuk hydrolisis sampel Velp Scientifica menyediakan Hydrolysis Unit System (HU 6), membuat pengujian total lemak menjadi mudah, safety dan analitik.

     

      

    Untuk proses penimbangan precision dengan desimal dua belakang koma (precision balance KERN), dan untuk pemanasan cukup menggunakan oven (universal oven Memmert). -OR-

     

     

     

    Read more »

  • Analisa Protein dengan Metode Kjeldahl

    Monday, 09 May 2016

    Protein merupakan senyawa organik kompleks yang memiliki bobot molekul tinggi yang tersusun dari monomer-monomer asam amino dimana dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Dalam struktur molekulnya, protein terdiri dari atom karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen, terkadang ada beberapa yang berikatan dengan sulfur dan fosfor. Protein dalam tubuh mahluk hidup berfungsi sebagai unit penyusun struktur dan fungsi sel. [1]

    Analisa protein kebanyakan dilakukan pada industri makanan, baik makanan untuk manusia maupun makanan untuk keperluan ternak. Analisa protein penting sekali karena bertujuan untuk mengetahui  jumlah kandungan protein dalam suatu makanan. Selain itu, untuk memenuhi standard baku mutu makanan dari setiap negara.

    Prinsip analisis protein metode Kjeldahl

    Salah satu analisa protein yang sering digunakan adalah metode Kjeldahl, yaitu makanan didigesti dengan asam kuat maka ikatan peptida akan terurai sehingga melepas atom nitrogen, yang kadarnya dianalisis dengan teknik titrasi. Kebanyakan protein dianalisa berdasarkan pada banyaknya ikatan nitrogen. Kadar nitrogen yang diperoleh dikalikan dengan faktor pengkali berdasar asam amino penyusun protein tersebut. Berikut contoh faktor untuk beberapa jenis makanan. (Tabel 1)

    Analisa protein dengan metode Kjeldahl dilakukan dengan 3 tahapan proses, diantaranya :

    Step 1 : Digesti

    Proses digesti bertujuan untuk memecah ikatan kompleks polipeptida pada makanan menjadi ikatan peptida yang lebih sederhana dan menghasilkan molekul air, karbondioksida dan amonium sulfat. Digesti dilakukan dengan memanaskan sampel dalam suasana asam pada temperatur tinggi. Dalam reaksi ditambahkan katalis seperti potasium sulfat, selenium,titanium, copper dll. Hasil akhir yang diinginkan adalah amonium sulfat.

    Reagent yang dibutuhkan [2]:

    1. 12 – 20 ml Asam sulfat 96-98%
    2. Hidrogen peroksida (katalis)
    3. Copper sulfat (katalis)

    Instrument yang digunakan[2]:

    1. Digestion apparatus
    2. Aspirator (vacuum pump)
    3. Scrubber

    Digestion apparatus, DK series, memanaskan dan mendigesti sampel dari temperatur ambient hingga 450oC tergantung dengan metode standar yang digunakan. Pada proses reaksi akan menghasilkan gas/uap yang bersifat korosif dari asam, gas ini akan dinetralkan dengan SMS Scrubber dan JP pump. Kedua alat ini menghindari terjadiny kontaminan gas pada operator, sehingga dapat diletakkan bila laboratorium tidak memiliki fume hood. Hasil dari proses ini adalah larutan berisi amonium sulfat yang kemudian dilakukan proses distilasi.

    Step 2 : Distilasi

    Distilasi merupakan proses pendidihan sampel menggunakan air dan larutan alkali, dimana uap yang terbentuk didinginkan dalam kondensor kemudian ditampung sebagai destilat. Tujuan proses distilasi adalah mengubah amonium sulfat yang terbentuk dalam proses digesti menjadi gas amonia, gas amonia ditangkap menggunakan asam sehingga menghasilkan larutan amonium yang siap untuk dianalisa kadar nitrogennya.

    Reagent yang dibutuhkan[2] :

    1. Air suling bebas nitrogen
    2. Larutan Sodium hidroksida 35%
    3. 25-30 ml Asam Borat

    Instrument yang digunakan [2]:

    1. Distilator
    2. Erlenmeyer (penampung destilat)

    Distilator, UDK series merupakan instrument distilasi automatik. Air suling/akudes dan sodium hidroksida (NaOH) dialirkan autometik ke tabung sampel sehingga sampel larut dan proses pemisahan nitrogen oleh steam destilasi serta perubahan pH menjadi lebih basa oleh NaOH menjadikan terjadinya perubahan NH4+ (solid) menjadi NH3 (gas). Amonia yang diperoleh kemudian dapat dilakukan proses penghitungan kadar dengan metode titrasi atau colorimetrik.

    Step 3 : Titrasi atau Colorimetrik

    Proses ini adalah tahapan akhir metode Kjeldahl, menganalisa kadar protein dengan menghitung banyaknya kandungan nitrogen. Titrasi dilakukan dengan menggunakan larutan asam (asam sulfat, H2SO4 atau asam hidroklorida, HCl) sedangkan colorimetrik menggunakan spektrofotometer

     

    Referensi :

    [1] Cozzone, Alain J, 2002, Proteins: Fundamental Chemical Properties, Institute of Biology and Chemistry of Proteins, CNRS, Lyon, France, http://www-sop.inria.fr

    [2] Velp Scientifica, 2013, Kjeldahl method, www.velp.com

    [3] AOAC (1984) Official methods of analysis of the Association of Official Analytical Chemists. 14th ed. Washington, DC

    Read more »

  • Metode Filtrasi Vakum

    Tuesday, 31 May 2016

    Berdasarkan artikel mengenai proses filtrasi pada www.analisakimia.com yang menjelaskan mengenai teknik filtrasi. Salah satu teknik filtrasi menggunakan vakum, yaitu suatu metode filtrasi yang menggunakan pompa vakuum sebagai gaya pendorong agar proses filtrasi menjadi lebih cepat. Pompa vakum sebagai pendamping proses tersebut, dimana merupakan alat untuk mengeluarkan molekul-molekul gas dari dalam ruang tertutup untuk mencapai tekanan vakum. Adanya pompa vakuum akan menarik cairan melewati suatu media filter (kertas saring) sehingga lebih cepat dibanding tanpa bantuan pompa.

    Filtrasi merupakan metode pemisahan padatan dari cairannya sehingga user dapat mengambil padatan yang tertahan di media filter atau cairan (filtrat) yang melewati media filter. Dalam aplikasi filtrasi di laboratorium, media filter adalah kertas saring atau membran. Media filter tersebut memiliki pori-pori yang berbeda diameternya, menyesuaikan ukuran partikel yang akan disaring. Tujuannya agar padatan yang ingin dipisahkan tertahan di atasnya. User dapat memilih kertas saring yang digunakan menyesuaikan aplikasinya. 

    Untuk aplikasi penentuan nilai TSS suatu sampel limbah biasanya menggunakan kertas saring dengan ukuran 0.45 µm sedangkan untuk pemurnian sampel dari cemaran mikroba, sel atau partikel kecil menggunakan membran dengan ukuran 0.05 – 0.5 µm.

    Peralatan laboratorium yang diperlukan untuk proses filtrasi diantaranya :

    1.    Membran Filter

    Membran filter merupakan salah satu media filter untuk memisahkan partikel/mikroba/sel dari campurannya (filtrat). Membran terbuat dari selulosa/PTFE/polyamide/polycarbonate/polyether sulfone karena itu membran dapat tahan terhadap panas bila membran disterilkan terlebih dahulu sebelum dipakai. Membran biasa digunakan untuk keperluan filtrasi lab mikrobiologi.

    Gambar 1. Contoh membran selulosa nitrat

    2.    Kertas Saring

    Kertas saring sebagai media filter. Pemilihan kertas saring harus tepat dimana diameter ukuran pori kertas saring harus sesuai dengan aplikasi yang akan dilakukan. Selain itu diameter pori tidak melebihi pori corong buchner. Penggunaan kertas saring juga harus diperhatikan cara melipatnya dengan tujuan mempercepat proses penyaringan. Berikut adalah contoh  melipat kertas saring (Gambar 1)

                  Gambar 2. Contoh cara melipat kertas saring

                 Gambar 3. Contoh kertas saring yang sudah siap digunakan

    Munktell adalah salah satu Brand penyedia kertas saring yang memiliki banyak jenis ukuran kertas saring sehingga sesuai untuk kebutuhan laboratorium.

    Gambar 4. Munktell Filter Paper

    3.    Corong buchner

                 Gambar 5. Buchner Funnel dan Hirsch Funnel

    Corong buchner adalah corong yang sering digunakan dalam filtrasi.

    4.    Buchner Flask

     

     

     

     

     

     

     

    Gambar 6. Vacuum Filter Flask

    Flask ini digunakan sebagai penampung filtrat saat proses filtrasi. Pada bodi flask terdapat adaptor yang berfungsi sebagai penyambung dengan selang vakuum pump

    5.    Pompa Vakum

    Pompa vakum diperlukan sebagai pendorong aliran air melewati media filter agar lebih cepat. Vakum yang dibutuhkan untuk filtrasi tidak perlu tekanan absolut yang terlalu besar, biasanya digunakan dengan range 250 - 100 mbar abs. Pompa Vakuum KNF memiliki banyak tipe untuk beberapa aplikasi.

    Pada gambar disamping adalah salah satu tipe pompa vakum yang dapat digunakan untuk proses filtrasi. Pompa ini memiliki tekanan absolute sampai 100 mbar abs dan laju alir 15l/min.

     

     

    Gambar 7. Vacuum pump KNF tipe N 022 AN.18

     

     

    Referensi :

    [1] http://analisakimia.com/2016/05/proses-filtrasi/

    [2] www.chem.ucalgary.ca/courses/351/laboratory/filtration

    [3] Munktell filter paper di Munktell dan di Distributor di Indonesia

    [4] Vacuum pump N 022 AN.18 di KNF dan di Distributor di Indonesia

     

     

    Read more »

  • Monitoring Desinfektan

    Thursday, 16 June 2016

            Desinfektan kimia merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi dengan membunuh jasad renik (bakterisid), terutama pada benda mati. Pada proses desinfeksi dapat menghilangkan 70-90% jasad renik.
            Kriteria suatu desinfektan yang ideal adalah bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar, berspektrum luas, aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur, dan kelembaban, tidak toksik pada hewan dan manusia, tidak bersifat korosif, bersifat biodegradable, memiliki kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap, tidak meninggalkan noda, stabil, mudah digunakan, dan ekonomis. (Siswandono, 1995; Butcher and Ulaeto, 2010). desinfektan dapat di golongkan menjadi beberapa 6 kelompok, yaitu :

    a. Senyawa turunan aldehid memiliki gugus aldehid (COH) pada struktur kimianya, misalnya formaldehid, paraformaldehid, dan glutaraldehid. Biasanya golongan ini digunakan dalam desinfektan baju, peralatan klinis. Namun senyawa tersebut berpotensi sebagai karsinogenik.

    b. Senyawa turunan alkohol bekerja dengan mendenaturasi protein dari sel bakteri dan umumnya dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70% - 90%, misalnya etanol (C2H5OH), isopropanol (C3H7OH), biasanya digunakan sebagai antiseptik kulit dan sebagai pengawet.

    c. Senyawa pengoksidasi, contohnya adalah hidrogen peroksida, benzoil peroksida, karbanid peroksida, kalium permanganat, dan natrium perborat. Biasa digunakan sebagai antiseptik dan keratolitik untuk pengobatan jerawat.

    d. Fenol, senyawa ini paling aktif sebagai desinfektan, biasanya di gunakan dalam campuran detergen atau sabun

    e. Turunan halogen dan halogenofor digunakan sebagai antiseptic dan desinfektan. Klorin dan klorofor terutama digunakan untuk mendesinfeksi air, seperti air minum dan air kolam renang, limbah industry. Contohnya, klorin dioksida, natrium hipoklorit, kalsium hipoklorit, dan triklosan

                Tambahan desinfekatan yang sekarang banyak digunakan adalah Ozone. Ozon (O3) merupakan gas tri atomik, sebuah allotropi oksigen yang dapat ter- bentuk akibat rekombinasi diantara atom-atom oksigen. Ozone merupakan desinfektan yang sangat reaktif dalam menginaktifasi  mikroorganisme, biasanya digunakan sebagai desinfektan pada air minum. Penggunaan desinfektan yang berlebih dapat mengakibatkan pengeluaran budget pada industri yang sangat besar. Selain masalah budget juga masalah dalam hasil samping yang di berikan oleh deinfektan. Contoh klorin ketika digunakan sebagai desinfektan klorin akan membentuk DBP’s (Desinfektan By Products) yang bersifat karsinogenik.

    Untuk mengetahui  kemampuan dari desinfektan dilakukan beberapa uji, diantaranya adalah :

    a. Uji koefisien fenol

    Koefisien fenol merupakan kemampuan suatu desinfektan dalam membunuh bakteri dibandingkan dengan fenol. Uji ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas suatu produk (desinfektan) dengan fenol baku dalam kondisi uji yang sama. Penentuan koefisien fenol adalah untuk mengevaluasi kekuatan anti mikroba suatu desinfektan dengan memperkirakan efektivitasnya berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap mikroorganisme tertentu.

    b. Uji pembawa (carrier test)

    Uji pembawa merupakan metode yang telah lama digunakan. Pembawa yang digunakan pada uji ini adalah sutera yang dikontaminasi dengan inokulum mikroorganisme uji. Setelah dikeringkan, pembawa dimasukkan ke dalam larutan desinfektan dengan waktu kontak tertentu, kemudian diinokulasi dalam media pertumbuhan. Tidak adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan kekuatan desinfektan uji (Borneff, et al., 1981; Jiang, et al., 2010).

    c.Uji suspensi

    Uji suspensi merupakan metode pengujian desinfektan yang paling sederhana. Metode ini dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Uji suspensi secara kualitatif dilakukan dengan mengambil satu sengkelit suspensi mikroorganisme dan dimasukkan ke dalam larutan desinfektan. Suspensi kemudian diinokulasi pada media pertumbuhan. Kekuatan desinfektan ditunjukkan dengan ada tidaknya pertumbuhan mikroorganisme (Reybrouck, 1992; Jiang, et al., 2010).

    d. Uji kapasitas

    Uji kapasitas adalah metode yang dilakukan untuk mengukur kemampuan desinfektan membunuh mikroorganisme tertentu dengan meningkatkan jumlah mikroorganisme secara bertahap. Kapasitas desinfektan ditentukan berdasarkan jumlah bakteri yang masih mampu dibunuh (Kelsy and Sykes, 1969; Tafti, et al., 2012).

    e. Uji praktek

    Uji praktek dilakukan dengan mengukur hubungan waktu dan konsentrasi desinfektan terhadap mikroorganisme yang terdapat pada peralatan rumah tangga. Metode ini bertujuan untuk memastikan apakah efektivitas desinfektan memiliki korelasi dengan hasil percobaan laboratorium. Uji ini umumnya digunakan untuk desinfektan permukaan (Reybrouck, 1992b; Jiang et al., 2010).

             Setelah melakukan pengujian kemampuan desinfektan, maka desinfektan siap di alirkan kepada sampel. Namun perlu di lakukan pengontrolan desinfektan yang digunakan untuk mencegah terjadinya kebocoran di sistem atau kekurangan supply desinfektan akibat permasalahan di pipa penghubung atau malah terlalu banyak desinfektan yang digunakan mengakibatkan peningkatan cost produksi pada industri.

                Monitoring kadar desinfekatan tidak hanya di lakukan pada inlet desinfektan namun juga pada proses outlet. Terlebih untuk AMDK desinfektan yang digunakan harus di monitoring secara ketat mengingat sampel yang nanti di konsumsi oleh masyarakat. Proses monitoring desinfektan tidak hanya di lakukan dalam skala laboratorium, namun juga di lakukan dalam skala on-line, sehingga nilai desinfektan dapat di monitoring setiap saat dan sesuai dengan kondisi desinfektan saat itu (tidak ada factor error karena sampling, atau penyimpanan sampel).

                Untuk monitoring secara laboratorium, dapat menggunakan spektrofotometer Vis atau colorimeter. Hach memiliki instrument spektrofotmeter Vis DR 3900, DR 1900 dan colorimeter DR 900. Spektrofotometer Vis DR1900 merupakan spektrofotometer vis portable, dapat menggunakan battery untuk operasionalnya, sehingga memudahkan user untuk menguji sampel di lokasi sampling. Spektrofotometer Hach merupakan “complete best package “ dalam melakukan pengujian kadar deinfektan anda. Tidak hanya menyediakan instrument pengukiran, namun cara kerja yang dilengkapi dengan gambar serta reagent telah tersedia, sehingga user dapat dengan mudah mengoperasikan dan melakukan pengujian.

               Sedangkan untuk monitoring kadar desinfekatan secara On-Line Hach menyediakan instrument CL17 atau CLT 10 untuk memonitoring kadar klorin bebas atau klorin total, sedangkan untuk monitoring kadar Ozone,dapat di ukur dengan menggunakan Orbhisphere O3 sensor. Ketiga alat ini mampu memonitoring kadar desinfektan anda secara terus menerus tanpa ada pre treatment khusus, sehingga kadar desinfektan anda dapat termonitoring dengan akurat.-OR-

    HACH CL 17HACH CL 17 Chlorine Free & Total   HACH CLT 20 Chlorine Free&Total


    Spektrofotometer Vis DR 3900 Spektrofotometer Vis DR 1900

    Colorimeter DR 900

    Read more »

Brand Result for "" 92 items

HACH

PT. SAKA adalah distributor resmi produk Hach di Indonesia. Sebagai preferred distributor, kami tidak hanya menjual produk Hach tetapi juga menyediakan jasa dan fasilitas training, service, kalibrasi, dan maintenance. Hach adalah produsen alat analisa air dalam berbagai aplikasi, termasuk air lim

Read more »

View Products

POLYMETRON

Polymetron adalah instrumen untuk analisa air yang ultrapure. ( Analyzer for ultrapure water )

Read more »

View Products

MEMMERT

Memmert di Indonesia memilih PT. SAKA sebagai distributor terpercaya sejak lebih dari 30 tahun yang lalu. Produk Memmert yang kami jual selalu didukung dengan after sales service yang handal karena kami bekerjasama dengan Memmert Indonesia untuk memberikan kualitas servis yang terbaik. Produk Mem

Read more »

View Products

THERMO FISHER SCIENTIFIC

Thermo Fisher Scientific is the world leader in serving science, with revenues of more than $24 billion and approximately 70,000 employees globally. Our mission is to enable our customers to make the world healthier, cleaner and safer. We help our customers accelerate life sciences research, solve c

Read more »

View Products

OPTIKA

In Indonesia, Optika distributed by PT.SAKA. Optika Microscopes is the optical microscopy division of M.A.D. Apparecchiature Scientifiche, a Company established over 30 years ago as a key actor in the field of scientific instrumentation. A team of over 40 people in 4 European locations works on th

Read more »

View Products