Apa saja faktor Penentu Stabilitas Obat dan Kosmetik? Berdasarkan World Health Organization (WHO), faktor penentu stabilitas suatu sediaan obat dibagi menjadi 2 yakni faktor lingkungan serta faktor sifat, yang mana keduanya berkesinambungan satu sama lain. suhu , kelembaban dan cahaya merupakan faktor lingkungan, sedangkan sifat kimia dan fisika merupakan faktor sifat. pH adalah salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan obat yang berpengaruh pada tingkat kelarutan, terganggunya sistem buffer, serta waktu retensi obat yang berhubungan dengan efektivitas obat. Hal inilah yang membuat pH menjadi salah satu titik kritis yang perlu dipantau pada sediaan obat selama uji stabilitas berlangsung.
Uji stabilitas adalah hal wajib yang perlu dilakukan suatu manufaktur untuk mendapatkan izin edar dari badan atau institusi legal dalam suatu negara. Menurut International Councils of Harmonization (ICH), uji stabilitas dapat dilakukan dengan beberapa metode yakni uji percepatan (accelerated test), uji intermediet (intermediate test) dan uji jangka panjang (long-term test). Dikarenakan Indonesia masuk ke dalam zona IV B berdasarkan zona iklim, maka uji intermediet tidak terlalu lazim dilakukan. Rangkuman titik suhu dari masing - masing metode dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Uji Stabilitas Menurut ICH Q1A Guideline
Metode |
Kondisi |
Durasi Uji |
Uji Stabilitas dipercepat (accelerated test) |
40°C ± 2°C/75% RH ± 5% RH |
6 Bulan |
Uji Stabilitas Intermediet (Intermediate testing) |
30°C ± 2°C/65% RH ± 5% RH |
6 Bulan |
Uji Stabilitas Jangka Panjang atau uji aktual (Long-Term Testing) |
25°C ± 2°C/60% RH ± 5% RH atau 30°C ± 2°C/65% RH ± 5% RH |
12 Bulan |
Tercantum dalam Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 32 Tahun 2022 tentang syarat izin edar suatu sediaan obat. Salah satu syarat yang disebutkan yaitu pelaku industri harus melampirkan bukti uji stabilitas obat untuk uji percepatan dan uji jangka panjang. Yang mana keduanya dapat diuji dengan menggunakan alat bantu yang dapat dikondisikan suhu, kelembaban maupun pencahayaannya, yakni Alat Climatic Chamber.
Tujuan utama melakukan uji stabilitas adalah untuk menentukan seberapa jauh suatu produk dapat bertahan dalam keadaan stabilnya. Tidak hanya itu, stabilitas juga berfungsi untuk menentukan tanggal kadaluarsa (expired date/ best before date), mengetahui kondisi penyimpanan terbaik untuk produk terkait serta untuk menentukan bahan pengemas terbaik yang cocok untuk produk terkait. Setiap produk mungkin memiliki alur yang berbeda uji stabilitas yang berbeda, namun secara garis besar alur uji stabilitas dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Ilustrasi Alur Uji Stabilitas Produk
Pada Gambar 1 disebutkan bahwa salah satu langkah dalam alur uji stabilitas adalah dengan menentukan nilai dari parameter - parameter kritis yang langsung berkaitan dengan stabilitas produk. Beberapa parameter kritis yang dapat dievaluasi dari pengamatan secara fisik hingga pengamatan kimia seperti pH, kadar air, kadar bahan aktif obat, viskositas (untuk yang berbentuk liquid dan krim), jumlah mikrobiologi dan parameter spesifik lainnya. Salah satu contoh parameter spesifik pada sediaan obat minum jenis tablet, yakni diwajibkan untuk mengevaluasi waktu larut sediaan obat. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dievaluasi sesuai dengan ICH Guideline Q1E.
Berdasarkan ICH Guideline Q1E, penyajian data yang telah dikumpulkan dapat berupa tabulasi, grafik ataupun naratif, yang menyertakan hasil evaluasi dari data - data tersebut terkait aplikasi yang bersangkutan. Jika analisis dilakukan secara kuantitatif, maka disarankan untuk menyajikan data yang terukur yakni dalam persentase klaim. Namun jika data dianalisis menggunakan metode statistika, maka asumsi dan kesimpulan harus memiliki landasan. Data jangka panjang juga perlu dilampirkan hasil evaluasi.
Derajat keasaman atau pH merupakan garda pertama yang dapat terdeteksi jika stabilitas produk terganggu. Nilai pH berkaitan dengan banyak hal seperti tingkat kelarutan, emulsivitas, kelarutan zat aktif ataupun kadanya, keberadaan mikroorganisme, serta hal lainnya. Hal ini juga akan mempengaruhi kadar zat aktif dalam sediaan obat yang mengakibatkan berkurangnya fungsi dari obat tersebut. Dari penelitian yang dilakukan oleh Barbosa, dkk. (2020) pada nitazoxanide, membuktikan bahwa pH juga mempengaruhi stabilitas nitazoxanide dalam larutan serta kinetika degradasi-nya.
Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Blanco, dkk. (2018) yang menjelaskan bahwa pH adalah parameter penting untuk penentuan komposisi formula yang tepat dalam pembuatan obat oral sehingga diperlukan pemantauan dan pengkondisian nilai pH secara berkala. Parameter pH juga berkaitan dengan efek terlarutnya obat dalam tubuh serta target jaringan yang dituju. Menurut Abdella, dkk (2022), pengamatan pH pada stabilitas obat amat sangat penting terutama untuk obat penderita kanker.
Monitoring pH dapat dilakukan secara laboratorium dengan penentuan durasi penyimpanan sesuai regulasi yang berlaku. pH diukur dengan menggunakan alat pH meter yang terdiri dari meter dan elektroda. Pada alat pH meter, nilai pH yang terukur berasal dari interaksi antara ion Hidrogen (H+) yang ada pada sampel dan ion Hidrogen yang terdapat pada bagian balb. Potensial dari interaksi ion hidrogen pada sampel akan dideteksi oleh elektroda uji dan dibandingkan dengan hasil elektroda referensi. Dalam hal ini semakin banyak interaksi yang terjadi menyebabkan nilai potensial akan semakin besar dan nilai pH akan semakin menurun.
Gambar 2. Bagian - Bagian Elektroda
Pengukuran pH pada sampel sangatlah mudah. Analis hanya perlu mencelupkan atau memasukkan elektroda pH ke dalam sampel yang hendak diukur. tentunya, analis perlu memastikan bahwa elektroda yang digunakan bersih dan telah terkalibrasi dengan baik. Jika diperlukan akurasi tingkat tinggi maka analis perlu menggunakan larutan buffer dengan 3 digit dibelakang koma. Namun jika hanya diperlukan resolusi 2 digit di belakang koma, maka analis dapat menggunakan larutan buffer dengan kode warna (buffer color coded solutions). Hanya saja, prasyarat utama agar terlaksananya pengukuran yang akurat dan presisi tidak hanya hasil kalibrasi yang baik, melainkan juga karena pemilihan elektroda pH dan alat pH meter yang tepat,
Pemilihan elektroda pH dan Alat pH meter memang tidak mudah. Analis perlu mengetahui karakteristik sampel yang hendak dianalisa. Berikut catatan penting yang dapat kami rekomendasikan untuk memilih elektroda pH dan Alat pH meter yang tepat :
Karena banyaknya batch yang perlu diukur, disarankan untuk menggunakan elektroda kombinasi jenis refillable. Umumnya, elektroda pH refillable lebih tahan lama.
Kebanyakan sampel farmasi dan produk kesehatan memiliki bentuk liquid dengan viskositas tinggi ataupun krim. Agar junction tidak tersumbat dan pengukuran dapat dilakukan dengan cepat, disarankan untuk menggunakan elektroda pH dengan tipe junction sure-flow untuk sampel jenis ini.
Gunakan Alat pH meter yang telah dilengkapi dengan fitur automatic temperature compensation (ATC) agar pembacaan pH lebih akurat, karena suhu sampel mempengaruhi nilai pH yang terukur.
Pilih Alat pH meter yang dapat menampilkan nilai miliVolt dari hasil pengukuran pH. Nilai ini adalah acuan utama dalam mendeteksi elektroda pH masih baik atau tidak.
Pilih Alat pH meter yang disertai dengan data logger dan fitur untuk mengunduh data yang sesuai dengan standar GMP (Good Manufacture Practice)
Selalu melakukan kalibrasi harian pada pH meter beserta elektroda pH sebelum digunakan.
Sediakan larutan pembersih khusus yang sesuai dengan elektroda yang digunakan.
Alat pH meter yang disertai dengan sistem pengunci (lock system) juga direkomendasikan agar waktu tercapainya stabilitas pengukuran lebih cepat.
Fitur automatic buffer recognition juga direkomendasikan agar hasil kalibrasi lebih akurat.
Abdella, Sadikalmahdi. 2022. pH and its applications in targeted drug delivery, Drug Dicovery Today, Volume 28 issue 1
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2022. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 32 Tahun 2022 tentang “Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Suplemen Kesehatan”
Barbosa, Fábio de Souza., dkk. 2020. pH Effect on Stability and Kinetics Degradation of Nitazoxanide in Solution, Drug Analytical Research, Vol 4 (1), hal 12 - 17
International Council of Harmonization (ICH). International Conference of Technical Requirements For Registration of Pharmaceuticals For Human Use : Stability Test of New Drug Substances and Products Q1A (R2)
International Council of Harmonization (ICH). International Conference of Technical Requirements For Registration of Pharmaceuticals For Human Use : ICH Guideline Q1E “Evaluation Data For Stability Test”
Yadav, Ashutosh Kumar., dkk. 2023. A review on drug stability, International Journal of Science and Research Archive, Vol. 09(01), 474–485