Sumber Aneka Karya Abadi - Your trusted partner for laboratory instrument

Search
Koagulasi dan Flokulasi dalam Pengolahan Limbah

Koagulasi dan Flokulasi dalam Pengolahan Limbah

Tuesday, 15 January 2019

Pengolahan secara kimia pada IPAL biasanya digunakan untuk netralisasi limbah asam maupun basa, memperbaiki proses pemisahan lumpur, memisahkan padatan yang tak terlarut, mengurangi konsentrasi minyak dan lemak, meningkatkan efisiensi instalasi flotasi dan filtrasi, serta mengoksidasi warna dan racun (Siregar, 2005, 44).

  1. Netralisasi

Perlakuan netralisasi ini dilakukan untuk menghilangkan aciditas atau alkalinitas. Pada umumnya, semua treatment air limbah dengan pH yang terlalu rendah atau tinggi membutuhkan proses netralisasi sebelum limbah tersebut dibuang ke lingkungan.

  1. Presipitasi

Presipitasi adalah pengurangan bahan-bahan terlarut dengan cara penambahan bahan-bahan kimia terlarut yang menyebabkan terbentuknya padatan-padatan (flok dan lumpur). Dalam pengolahan air limbah, presipitasi digunakan untuk menghilangkan logam berat, sulfat, fluorida, dan garam-garam besi

  1. Koagulasi dan Flokulasi

Dalam pengolahan limbah cair, proses ini sangatlah mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh sebab itu, faktor-faktor yang menunjang dalam proses koagulasi dan flokulasi haruslah diperhatikan. 

Pemilihan zat koagulan harus berdasar pertimbangan antara lain jumlah dan kualitas air yang akan diolah, kekeruhan, metode penyaringan serta sistem pembuangan lumpur endapan. Jenis koagulan antara lain Alum (Aluminium Sulfat), Ferro Sulfat , Poly Aluminium Chlorida (PAC) dan lain - lain (Tchobanoglous, George dkk, 2003, 526). 

 

Koagulasi

Koagulasi adalah proses destabilisasi partikel koloid dengan cara penambahan senyawa kimia yang disebut koagulan. Koloid mempunyai ukuran tertentu sehingga gaya tarik menarik antara partikel lebih kecil daripada gaya tolak menolak akibat muatan listrik. Pada kondisi stabil ini, peggumpalan partikel tidak terjadi. Melalui proses koagulasi terjadi destabilisasi sehingga partikel-partikel koloid bersatu dan menjadi besar. 

Pengurangan potensial elektrostatis yang terjadi dalam proses koagulasi bisa disebut dengan destabilisasi. Mekanisme proses destabilisasi ini terdiri dari beberapa langkah antara lain :

1. Pengurangan muatan permukaan partikel dengan menekan lapisan muatan ganda (double- change layer).

Penambahan ion ke dalam air akan meningkatkan kekuatan ionik dan menurunkan gaya tolak. Dengan penambahan garam ke dalam air, muatan koloidal tidak dikurangi secara signifikan, tetapi hanya memperkecil jarak muatan dari permukaan partikel, sehingga lapisan ganda dapat berkurang.

2. Netralisasi muatan dengan adsopsi ion yang berlawanan muatan

Proses ini dilakukan dengan penambahan bahan kimia untuk proses destabilisasi. Penambahan ion yang muatannya berlawanan dengan ion koloid dapat menyebabkan netralisasi lapisan tunggal dari koloid. Netralisasi muatan terjadi saat koagulan ditambahkan secara berlebihan.

3. Penggabungan antar partikel dengan polimer 15.

Polimer-polimer yang mengandung situs aktif sepanjang rantainya dapat menyebabkan adsorbsi koloid. Koloid akan terikat pada beberapa situs sepanjang rantai polimer.

4. Penjebakan oleh flok

Saat sejumlah koagulan ditambahkan ke dalam air, maka akan membentuk flok yang akan mengendap. Karena flok besar dan tiga dimensi, maka koloid akan terjebak di dalam flok, dan akhirnya ikut mengendap.Untuk suspensi encer laju koagulasi rendah karena konsentrasi koloid yang rendah sehingga kontak antar partikel tidak memadai, Bila digunakan dosis koagulan yang terlalu besar akan mengakibatkan restabilisasi koloid. Untuk mengatasi hal ini, agar konsentrasi koloid berada pada titik dimana flok-flok dapat terbentuk dengan baik, maka dilakukan proses recycle sejumlah settled sludge sebelum atau sesudah rapid mixing dilakukan. Tindakan ini dapat dilakukan untuk meningkatkan efektifitas pengolahan.

Peningkatan efektifitas dalam proses koagulasi dapat ditinjau dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jalannya proses. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses koagulasi air, antara lain :

1. Kualitas air meliputi gas-gas terlarut, warna, kekeruhan, rasa, bau, dan kesadahan;

2. Jumlah dan karakteristik koloid;

3. Derajat keasaman air (pH);

4. Pengadukan cepat, dan kecepatan paddle;

5. Temperatur air;

6. Alkalinitas air, bila terlalu rendah ditambah dengan pembubuhan kapur;

7. Karakteristik ion-ion dalam air

 

Flokulasi

Flokulasi adalah proses lambat yang bergerak secara terus menerus selama partikelpartikel tersuspensi bercampur di dalam air, sehingga partikel akan menjadi lebih besar dan begerak menuju proses sedimentasi. Ide dasar dari flokulasi adalah untuk mengendapkan flok-flok dengan penambahan flokulan.

Flokulasi merupakan suatu kombinasi pencampuran dan pengadukan atau agitasi yang menghasilkan agregasi yang akan mengendap setelah penambahan flokulan. Flokulasi adalah proses fisika yang mana air yang terpolusi diaduk untuk meningkatkan tumbukan interpartikel yang memacu pembentukan partikel-partikel besar sehingga dalam waktu 1-2 jam partikel-partikel tersebut akan mengendap. Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk mempercepat proses penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada proses koagulasi. Partikel-partikel yang telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan serta melakukan proses tarik-menarik dan membentuk flok yang ukurannya makin lama makin besar serta mudah mengendap. Gradien kecepatan merupakan faktor penting dalam desain bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu besar maka gaya geser yang timbul akan mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika nilai gradien terlalu rendah/tidak memadai maka proses penggabungan antar partikulat tidak akan terjadi dan flok besar serta mudah mengendap akan sulit dihasilkan. Untuk itu nilai gradien kecepatan proses flokulasi dianjurkan berkisar antara 90/detik hingga 30/detik.

 

Untuk membantu instalasi dalam mengoptimalkan proses-proses koagulasi flokulasi, perlu ditentukan dosis optimum dari koagulan yang digunakan dalam proses pengolahan limbah. Jartest adalah rangkaian test untuk mengevaluasi proses-proses koagulasi dan flokulasi serta menentukan dosis pemakaian bahan kimia. Standar nasional untuk metode pengujian koagulasi flokulasi dengan cara jartest ditetapkan dalam SNI 19-6449-2000 termasuk prosedur umum untuk pengolahan dalam rangka mengurangi bahan-bahan terlarut, koloid dan yang tidak mengendap dalam air dengan menggunakan bahan kimia dalam proses koagulasi flokulasi, yang dilanjutkan dengan pengendapan secara gravitasi. Jartest floculattor adalah alat yang digunakan untuk mengevaluasi proses-proses koagulasi dan flokulasi serta menentukan dosis pemakaian bahan kimia.

Gambar 1.Velp FP 4 Flocculator

 

Gambar 2. Velp JLT6  Flocculator

Gambar 3. Velp JLT4 Flocculator

 

Gambar 4. Velp FC 6S Flocculator

Gambar 5. Velp FC 4S Flocculator

 

 

 

Daftar Pustaka:

http://www.pdam-sby.go.id/bulekbasandiang.worpress.com, 2009 ).

https://www.velp.com

Oktaviasari. S.A. dan Mashuri, M.  2016. Optimasi Parameter Proses Jar Test Menggunakan Metode Taguchi dengan Pendekatan PCR-TOPSIS. Jurnal Sains dan Seni ITS.  MIPA. ITS.

Risdianto,D. 2007. OPTIMISASI PROSES KOAGULASI FLOKULASI UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI JAMU. Thesis. Teknik Kimia.UNDIP.

Susana, E. & Suyaningsih, T. 2010. TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI RAMBUT PALSU DENGAN CARA KI. Undergraduate Thesis, Teknik Kimia. UNDIP.

,

Previous Article

Pengolahan Limbah untuk Menurunkan Kadar BOD limbah Industri Tekstil

Monday, 17 December 2018
VIEW DETAILS

Next Article

Metode Kjeldahl untuk Penentuan protein pada Beer

Wednesday, 23 January 2019
VIEW DETAILS