Sumber Aneka Karya Abadi - Your trusted partner for laboratory instrument

Search
Penggunaan Multimeter Elektrokimia dalam Pengukuran Kualitas Air Budidaya Ikan

Penggunaan Multimeter Elektrokimia dalam Pengukuran Kualitas Air Budidaya Ikan

Tuesday, 04 November 2025

Mengapa kualitas air menjadi faktor yang paling menentukan dalam keberhasilan budidaya ikan? Air bukan hanya sebagai media untuk makhluk hidup, tetapi juga berperan penting dalam proses respirasi dan metabolisme ikan. Perubahan kecil pada kondisi fisik dan kimia air dapat menyebabkan stres, menurunkan daya tahan tubuh, bahkan berujung pada kematian ikan. Oleh karena itu, pemantauan kualitas air secara rutin menjadi langkah krusial dalam sistem budidaya yang berkelanjutan.

Setiap parameter fisik dan kimia air memiliki peran spesifik dalam mendukung keberhasilan budidaya ikan. Nilai yang seimbang dari masing-masing parameter akan menciptakan kondisi lingkungan yang stabil bagi pertumbuhan dan kesehatan ikan. Oleh karena itu, pemahaman terhadap parameter seperti pH, suhu, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/ DO), konduktivitas (Electrical conductivityEC), salinitas, dan Total Padatan terlarut (Total Dissolved Solid/ TDS) menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh pembudidaya untuk menjaga performa budidaya tetap optimal.

 

Parameter Kualitas Air dalam Budidaya Ikan

Parameter-parameter penting yang perlu diukur pada kualitas air budidaya ikan adalah:

1. pH (Derajat Keasaman)

Parameter pH atau derajat keasaman menunjukkan tingkat keasaman atau kebasaan air. pH ideal untuk sebagian besar ikan air tawar berkisar antara 6,5–8,5. Nilai pH terlalu rendah (asam) pada air budidaya ikan dapat merusak jaringan insang dan menurunkan nafsu makan. Sebaliknya nilai pH terlalu tinggi (basa) pada air budidaya ikan dapat meningkatkan toksisitas amonia dan menyebabkan stres pada ikan.

2. Suhu (Temperatur)

Suhu atau temperatur air budidaya dapat mempengaruhi metabolisme, pertumbuhan, dan aktivitas biologis ikan. Suhu ideal untuk ikan tropis biasanya berada pada 26–30°C. Suhu air yang terlalu rendah dapat memperlambat metabolisme dan pencernaan ikan. Sedangkan suhu air yang terlalu tinggi dapat menurunkan kadar oksigen terlarut dan meningkatkan stres pada ikan yang dibudidaya.

3. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen/ DO)

Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen/ DO diperlukan untuk respirasi ikan dan mikroorganisme dalam air. Diketahui nilai ideal DO pada air budidaya ikan adalah ≥ 5 mg/L. Jika nilai DO pada air budidaya turun di bawah 3 mg/L, hal ini dapat menyebabkan ikan yang dibudidaya mengalami stres dan kekurangan oksigen (hipoksia). Nilai DO pada air budidaya dapat dipengaruhi oleh suhu, kerapatan ikan, dan aerasi yang disuplai di dalam kolam budidaya.

4. Konduktivitas (Electrical Conductivity/ EC)

Nilai konduktivitas atau Electrical Conductivity/ EC pada air budidaya ikan dinilai untuk menggambarkan kemampuan air dalam menghantarkan listrik, yang berkaitan dengan jumlah ion terlarut. Nilai EC yang seimbang menunjukkan stabilitas mineral dan elektrolit dalam air. EC yang terlalu tinggi menandakan akumulasi garam, pakan, atau limbah yang berlebihan. Sedangkan nilai EC yang terlalu rendah dapat mengindikasikan air dengan nutrien sangat sedikit atau menunjukkan nilai kualitas air yang tidak stabil.

5. Salinitas (Salinity)

Parameter salinitas berfungsi untuk mengukur kadar garam terlarut dalam air. Parameter ini penting untuk dilakukan pada air budidaya ikan air payau dan ikan air laut. Fluktuasi salinitas dapat memengaruhi proses osmoregulasi ikan. Nilai ideal salinitas bergantung pada jenis ikan yaitu:

  • Air tawar: < 0,5 ppt
  • Air payau: 0,5–30 ppt
  • Air laut: 30–40 ppt

Perubahan nilai ideal salinitas yang mendadak pada air budidaya ikan dapat menyebabkan stres dan gangguan fisiologis pada ikan yang dibudidaya.

6. Total Dissolved Solids (TDS) atau Total Padatan Terlarut

Parameter Total Dissolved Solids (TDS) menunjukkan jumlah total padatan terlarut seperti mineral, garam, dan bahan organik. Nilai ideal TDS untuk budidaya ikan air tawar umumnya < 500 mg/L. Nilai TDS yang terlalu tinggi dapat menurunkan kualitas air, mengganggu pertukaran oksigen, dan menekan pertumbuhan ikan.

7. Amoniak (NH3)

Amoniak (NH3) yang terkandung dalam air budidaya dapat bersumber dari hasil metabolisme dan ekskresi ikan, sisa pakan yang tidak termakan, dekomposisi limbah organik seperti bangkai ikan atau tumbuhan air yang mati dan membusuk, kondisi pH dan suhu yang tinggi. Kadar amonia yang aman dalam budidaya ikan umumnya < 0,01 mg/L, meskipun batas ini dapat bervariasi tergantung jenis ikan yang dibudidaya. Konsentrasi yang lebih tinggi dapat membahayakan ikan, dapat menyebabkan penurunan nafsu makan, pertumbuhan terhambat dan bahkan mengalami kematian massal.

Salah satu metode solutif yang digunakan dalam mengukur parameter-parameter kualitas air tersebut adalah metode elektrometri dengan menggunakan multimeter elektrokimia.   

 

Metode Elektrometri pada Pengukuran Kualitas Air Budidaya Ikan

Metode elektrometri adalah teknik pengukuran yang memanfaatkan reaksi listrik antara elektroda dan larutan untuk menentukan konsentrasi zat atau karakteristik kimia air. Elektrokimia bekerja berdasarkan potensial listrik atau arus listrik yang muncul akibat interaksi antara elektroda dan ion dalam larutan. Nilai potensial atau arus ini akan berbanding langsung dengan konsentrasi zat yang diukur, lalu dikonversi menjadi nilai parameter melalui kalibrasi alat.

Salah satu alat yang banyak digunakan untuk memantau parameter kualitas air adalah multimeter elektrokimia. Alat ini umumnya digunakan dalam mengontrol kualitas air budidaya ikan yang meliputi parameter pH, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/ DO), konduktivitas (Electrical Conductivity/ EC), TDS, dan ion tertentu seperti Amoniak (NH3). Alat ini dapat digunakan untuk mengukur beberapa parameter secara bersamaan. Dengan penggunaan multimeter elektrokimia, pembudidaya dapat memperoleh data lengkap mengenai kondisi air di kolam budidaya ataupun tambak budidaya secara cepat dan akurat. Dengan kemampuan mengukur berbagai parameter sekaligus, multimeter elektrokimia memungkinkan pengambilan keputusan cepat pembudidaya, misalnya kapan harus mengganti air, menambah aerasi, atau menyesuaikan pakan.

 

Cara penggunaan multimeter elektrokimia:

1. Persiapan Alat

Multimeter elektrokimia yang digunakan terlebih dahulu sudah dipastikan bahwa dalam kinerja yang baik dan telah dikalibrasi. Elektroda yang disiapkan adalah elektroda spesifik yang sesuai dengan parameter yang diuji, misalnya elektroda pH dan elektroda Dissolved Oxygen (DO).

2. Kalibrasi probe

Kalibrasi elektroda dilakukan dengan menggunakan larutan standar (misalnya untuk parameter pH, dilakukan kalibrasi dengan menggunakan buffer pH 4, 7, dan 10). Hal ini dilakukan agar hasil pengukuran menjadi akurat.

3. Pengukuran
Elektroda spesifik (misalnya pH) dicelupkan ke dalam air hingga batas yang direkomendasikan, kemudian ditunggu beberapa detik hingga nilai pH sampel menjadi stabil.

4. Pencatatan Data

Hasil pengukuran setiap parameter dicatat atau dapat gunakan fitur penyimpanan data otomatis pada alat multimeter elektrokimia (jika tersedia).

5. Pembersihan dan Penyimpanan

Setelah selesai melakukan pengukuran, bilas probe dengan air suling dan simpan dalam kondisi yang dianjurkan pabrikan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih Multimeter Elektrokimia yang akan digunakan:

  1. Tentukan parameter apa saja yang perlu dilakukan pengukuran. Misalnya pH, DO dan Amonia.
  2. Tentukan apakah parameter-parameter tersebut akan dilakukan pengukuran secara bersamaan atau atau pengukuran dilakukan satu per satu.
  3. Jenis sampel air yang diukur. Misalnya air payau, air tawar atau air laut.
  4. Pengukuran apakah dilakukan secara in situ (di lapangan) atau di laboratorium.  

Adapun contoh multimeter elektrokimia yang dapat digunakan dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 1. Multimer Elektrokimia

Gambar 2. Multimeter elektrokimia dengan 1 channel, 2 channel dan 3 channel

Sedangkan contoh elektroda parameter uji kualitas air yang dapat digunakan dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Contoh probe parameter dan penggunaannya

Adapun keunggulan penggunaan multimeter elektrokimia adalah:

  • Efisien dan praktis karena satu alat dapat menggantikan beberapa instrumen terpisah.
  • Cepat dan akurat: Hasil pengukuran dapat diperoleh segera dan terdisplay dan tersimpan pada alat.
  • Ada yang tersedia dengan model portabel sehingga dapat digunakan untuk pemantauan langsung di lapangan. Sehingga hasil yang didapatkan adalah hasil terkini.

Pemantauan kualitas air secara rutin merupakan kunci utama keberhasilan budidaya ikan. Penggunaan multimeter elektrokimia dapat membantu operator dalam memperoleh data parameter yang dibutuhkan dengan cepat dan akurat, sehingga tindakan korektif dapat dilakukan sesegera mungkin bila kualitas air budidaya mengalami perubahan.

 

Daftar Pustaka

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius.

Hach Company. (2023). HQ Series Portable Meters – User Manual. Hach Technical Publication.

Hidayat, R., & Suryono, B. (2021). Penggunaan Multimeter untuk Monitoring Parameter Kualitas Air Tambak Udang. Jurnal Teknologi Lingkungan dan Perikanan, 3(1), 12–19.

SNI 6989.57:2008. Air dan Air Limbah – Cara Uji pH dengan pH Meter. Badan Standardisasi Nasional.

SNI 8228.4-2015. Cara budidaya ikan yang baik (CBIB) - Bagian 4: Ikan air tawar. Badan Standardisasi Nasional.

Lestari, W. (2019). Analisis Kualitas Air dalam Budidaya Ikan Air Tawar di Kolam Terpal. Jurnal Akuakultur Tropis dan Teknologi Perikanan, 1(2), 45–53.

Previous Article

Produk Pakan : Oven untuk Analisis Kadar Air

Monday, 27 October 2025
VIEW DETAILS

Next Article

Penetapan Kadar Protein Pada Sampel Makanan dan Minuman

Wednesday, 12 November 2025
VIEW DETAILS