Tahukah Anda bahwa setiap tanah memiliki sifat yang berbeda? Sifat tanah dapat menentukan jenis ataupun komoditas suatu tumbuhan atau tanaman yang dapat tumbuh pada suatu lokasi. Salah satu sifat tanah yang dapat memberikan indikasi yang tepat mengenai status kimia tanah adalah pH atau aktivitas ion hidrogen dalam larutan tanah. Selain itu, pH tanah juga dapat menentukan tingkat kesuburan tanah atau nutrisi di dalam tanah. Untuk mengetahui nilai pH tanah hutan, alat yang dibutuhkan yaitu pH meter dan elektroda pH. namun elektroda pH yang digunakan sebaiknya adalah elektroda pH yang khusus diperuntukkan untuk mengukur pH di dalam tanah, sehingga tepat guna dan meningkatkan akurasi pengukuran, juga meminimalisir terjadinya kerusakan pada elektroda pH dan menjaga umur pakai elektroda pH yang digunakan.
Jenis-jenis Tanah di Indonesia
Khususnya di Indonesia, diketahui dari berbagai sumber bahwa tanah di Indonesia terdiri dari banyak jenis, antara lain:
1. Tanah Regosol
Tanah regosol adalah tanah yang terbentuk oleh pelapukan material yang dikeluarkan oleh letusan gunung berapi seperti pasir, lahar, debu dan lipili. Tanah regosol memiliki tekstur yang kasar dengan pH 6 – 7 yang mengandung unsur fosfor (P) dan kalium (K) serta sedikit unsur nitrogen (N). Tanah regosol bersifat sulit menampung air, sehingga tidak semua jenis tanaman cocok untuk ditanam dengan tanah ini. Beberapa jenis tanaman yang cocok ditanam dengan tanah regosol ini adalah palawijaya, tembakau dan jenis buah-buahan yang tidak terlalu membutuhkan unsur air. Tanah ini bisa ditemukan di daerah yang dekat dengan gunung merapi seperti Sumatera dan Nusa Tenggara.
2. Tanah Latosol
Tanah latosol terbentuk dari proses pelapukan batuan sedimen dan metamorf. Tingkat perkembangan tanah latosol secara horizon berlangsung lambat sampai sedang. Hal ini dikarenakan sebagian besar tanah berada didaerah yang lembab. Tanah latosol berwarna merah hingga cokelat yang memiliki pH 4,5 – 6,5. Tanah ini mengandung unsur hara yang berubah-ubah dari sedang sampai tinggi. Namun tanah latosol ini memiliki kemampuan untuk menyerap air dengan baik sehingga dapat menahan erosi. Tanaman yang cocok untuk ditanam dengan tanah ini yaitu tembakau, coklat, pala, tebu dan panili. Beberapa daerah yang memiliki jenis tanah ini yaitu Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi.
3. Tanah Organosol
Tanah organosol adalah tanah yang terbentuk dari proses pelapukan dan pembusukan bahan-bahan organik. Tanah jenis ini dapat dijumpai di daerah rawa-rawa ataupun daerah yang banyak digenangi air. Sehingga jenis tanah organosol memiliki tekstur yang lembek karena tergenang air. Terdapat 2 jenis tanah organosol yaitu tanah humus dan tanah gambut.
4. Tanah Alluvial
Tanah alluvial yang banyak ditemukan di daerah hilir sungai ini adalah jenis tanah muda yang terbentuk dari pengendapan material halus aliran sungai. Tanah ini memiliki struktur tanah yang mudah lepas dengan warna kelabu. pH nya termasuk dalam tingkat pH rendah yaitu sekitar 5,3-5,8. Karena nilai pH yang dimilikinya, tanah ini mudah untuk dicangkul. Kandungan unsur yang ada didalam tanah alluvial ini sangat bergantung dengan iklim wilayah. Tanah ini tersebar di daerah Jawa, Sumatera dan Papua ini cocok untuk tamanan padi dan palawijaya.
5. Tanah Podsolik Merah Kuning (PMK)
Sesuai dengan nama yang dimilikinya, tanah ini memiliki warna merah sampai kuning yang memiliki arti yaitu tanah ini kurang subur karena pencucian. Tanah ini terbentuk karena curah hujan yang tinggi dan suhu yang sangat rendah. pH tanah ini termasuk dalam tingkat pH yang rendah dan cukup banyak memiliki unsur aluminum (Al) dan besi (Fe). Kriteria tanahnya berlempung dan mudah basah. Tanah dengan kriteria tersebut cocok untuk persawahan dan tanah PMK ini tersebar merata di Indonesia.
6. Tanah Laterit
Tanah laterit, tanah yang diusung-usung serupa dengan tanah PMK ini memiliki suhu yang jauh lebih tinggi. Unsur hara yang terdapat di tanah ini cukup banyak dan tanah ini juga cukup subur, namun hilang karena larut dibawa air hujan. Walaupun begitu, tanah ini banyak mengandung seskuioksida. Sayangnya tanah ini tidak cocok untuk sebagian tanaman, hanya ada beberapa tanaman yang cocok dengan tanah ini yaitu jambu mete dan kelapa. Tanah ini bisa dijumpai di sebagian daerah Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.
7. Tanah Litosol
Tanah litosol adalah tanah yang masih satu keluarga dengan tanah regosol ini terbentuk dari proses perubahan iklim topografi dan aktivitas gunung merapi. Tanah ini tergabung dalam ordo tanah entisol, itulah mengapa tanah ini masih satu keluarga dengan regosol. Struktur dari tanah ini besar-besar dengan sedikit unsur hara didalamnya sehingga hanya bisa dimanfaatkan untuk tanaman palawijaya. Tanah ini tersebar di daerah Sumatera, Jawa, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara.
8. Tanah Rendzina
Tanah rendzina memiliki tekstur lembut dan daya permeabilitas yang tinggi. Tanah ini terbentuk dari batuan basalt, batu kapur dan granit. Karena daya permeabilitas yang dimilikinya cukup tinggi membuat tanah ini mampu untuk menyerap air. Tanah ini banyak menyimpan unsur Ca, Mg dan sedikit hara dengan tingkat pH yang tinggi. Tanah ini dapat dijumpai di daerah Aceh, Sulawesi, Maluku dan Papua ini cocok ditanami tanaman keras semusim dan palawijaya.
9. Tanah Mediteran
Tanah mediteran terbentuk dari batuan berkapur yang banyak mengandung karbonat merupakan bagian dari ordo tanah alfisol yang banyak dijumpai didaerah beriklim lembab. Tanah ini mengandung banyak air, aluminum (Al), besi (Fe) dan bahan organik lain sehingga dapat dikatakan sebagai tanah yang subur yang cocok untuk persawahan. Tanah ini tersebar di daerah Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara.
10. Tanah Grumusol
Tanah grumusol adalah tanah yang terbentuk dari batuan induk kapur dan tuffa vulkanik yang umumnya bersifat basa sehingga tidak terdapat aktivitas di dalamnya. Tanah yang memiliki kadar lempung yang tinggi ini merupakan bagian dari ordo vertisol. Tanah ini termasuk dalam tanah yang tidak subur karena jika iklim sedang panas/kering tanah ini menjadi pecah-pecah dan sangat lengket saat hujan. Tapi tanah ini masih bisa menjadi media tanam untuk pohon jati dan rumput-rumputan. Tanah ini bisa dijumpai di Sumatera Barat, Jawa dan Nusa Tenggara Timur.
Sebelumnya telah disebutkan bahwa pH dalam tanah dapat menunjukkan ketersediaan nutrisi atau unsur hara yang terkandung. Dengan demikian, di bawah ini pada tabel 1 ditunjukkan hubungan atau pengaruh pH tanah terhadap ketersediaan unsur hara di dalam tanah.
Tabel 1. Hubungan atau pengaruh pH tanah terhadap ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Kolom dengan isian berwarna gelap menunjukkan jumlah unsur hara yang banyak, sedangkan kolom dengan isian berwarna terang menunjukkan ketersediaan unsur hara sedang, dan kolom dengan tidak berwarna menunjukkan ketersediaan unsur hara terbatas (diadaptasi dari Brady dan Weill, 1999 di dalam Londo A, dkk., 2006).
Sebelumnya telah dijelaskan jenis-jenis tanah dengan pH nya, selanjutnya akan dijelaskan bagaimana caranya untuk mengetahui pH tanah hutan ataupun tanah pada suatu lokasi? Di bawah ini, akan dijelaskan secara detail bagaimana caranya melakukan pengukuran pH dalam tanah hutan.
Bagaimana Cara Mengetahui pH Tanah Hutan?
Pengukuran pH tanah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.) Persiapan alat dan bahan
Pertama-tama analis perlu untuk menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan analisis yaitu elektroda khusus untuk pengukuran tanah, pH meter, larutan storage elektroda, larutan filling elektroda, buffer pH/ larutan standar pH, dan air deionisasi.
2.) Persiapan sampel
Sampel uji yang adalah sampel tanah dipersiapkan dengan cara sejumlah sampel ditimbang dan ditambahkan sejumlah air deionisasi kemudian dilakukan pengadukan selama beberapa waktu dan setelah itu didiamkan atau dibiarkan.
3.) Kalibrasi
Sebelum sampel diukur atau dianalisis, dilakukan kalibrasi terlebih dahulu pada dua titik yaitu bisa pada pH 7 dan pH 10 atau bisa juga pada pH 7 dan pH 4. Dan analis perlu memastikan bahwa hasil kalibrasi menunjukkan slope range masuk pada kisaran 92% sampai 102% (namun setiap alat memiliki toleransi slope range yang berbeda-beda, sehingga analis perlu memerhatikan slope range dari alat yang digunakan, hal ini umumnya dapat dilihat di buku manual alat yang digunakan).
4.) Analisis
Setelah kalibrasi dilakukan, sampel siap untuk dilakukan pengujian dengan cara elektroda pH, probe ATC dan probe stirrer dibilas terlebih dahulu kemudian dikeringkan menggunakan tisu kering, lalu elektroda pH ditempatkan ke dalam sampel dan dilakukan pengukuran dengan menekan tombol “measure” yang terdapat pada pH meter, kemudian hasil pengukuran akan ditampilkan pada display pH meter.
Contoh elektroda khusus untuk pengukuran sampel tanah dan pH meter ditunjukkan pada gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Contoh meter pH dan elektroda khusus untuk pengukuran sampel tanah
Umumnya pengukuran pH adalah yang paling mudah untuk dilakukan, namun tidak semua elektroda pH dapat digunakan untuk pengukuran sampel tanah, sehingga analis perlu memastikan bahwa elektroda pH yang digunakan adalah elektroda yang sesuai atau tepat untuk digunakan pada sampel tanah.
Referensi:
Adminuniv. 2022. Yuk kenali 10 Jenis Tanah yang Ada di Indonesia !!!. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara https://faperta.umsu.ac.id/2022/02/08/5334/. Diakses pada 20 November 2023 Pukul 14:25
CNN Indonesia. 2023. 14 Jenis-Jenis Tanah di Indonesia dan Persebarannya. CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20231010155721-569-1009467/14-jenis-jenis-tanah-di-indonesia-dan-persebarannya. diakses pada Senin, 20 November 2023 Pukul 10:05
Londo, Andrew. J., John D. Kushla., & Robert C. Carter. 2006. Soil pH and Tree Species Suitability in the South. Southern Regional Extension Forestry: A Regional Peer Reviewed Technology Bulletin SREF-FM-002.
Thermo Fisher Scientific Inc. 2016. Measuring pH in Soil. Thermo Fisher Scientific Inc.