Sumber Aneka Karya Abadi - Your trusted partner for laboratory instrument

Search
Kualitas Air Budidaya Ikan Air Tawar

Kualitas Air Budidaya Ikan Air Tawar

Monday, 04 November 2024

Kualitas air merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya ikan air tawar. Air adalah lingkungan hidup utama bagi ikan dan akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, serta kualitas ikan yang dihasilkan. Oleh karena itu, penting bagi para petani ikan air tawar untuk memahami dan mengimplementasikan kontrol kualitas air yang baik dalam usaha budidaya mereka. Budidaya ikan merupakan bagian dari penyuplai utama ketersediaan ikan bagi masyarakat selain dari hasil tangkapan alam. Pertumbuhan kegiatan budidaya ikan yang sangat cepat di berbagai negara memungkinkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan protein hewani dari daging ikan. Dalam menjaga pertumbuhan kegiatan budidaya ikan air tawar, petani dapat melakukan kontrol kualitas air budidaya. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat multiparameter yang didukung dengan adanya koneksi untuk pengukuran berbagai parameter, seperti suhu, pH, Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/ DO) dan Amoniak.

 

Parameter Kualitas Air Budidaya Ikan Air Tawar

Ada lima parameter wajib yang perlu dikontrol pada air budidaya ikan air tawar, yaitu suhu, kecerahan, pH, Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) dan Amoniak (NH3).

1. Suhu Air

Suhu air merupakan salah satu parameter penting dalam budidaya ikan Suhu air yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mempengaruhi metabolisme dan sistem kekebalan ikan, sehingga menyebabkan ikan rentan terhadap penyakit dan pertumbuhan yang lambat.

Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu. Menurut Kordi dan Andi (2009), peningkatan suhu sampai ekstrim (drastis) dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian.

2. Kecerahan

Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh kedalam perairan begitu pula sebaliknya. Kekeruhan yang tinggi (atau kecerahan yang rendah) dapat menyebabkan terganggunya sistem osmoregulasi seperti pernafasan dan daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air.

3. pH

pH air adalah ukuran keasaman atau kebasaan dari air. pH air yang ideal untuk budidaya ikan patin adalah sekitar 6,5-7,5. pH air yang tidak sesuai dapat mempengaruhi sistem pencernaan dan perkembangan ikan. pH air yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan stres pada ikan dan menghambat pertumbuhan ikan patin. Oleh karena itu, penting untuk memantau dan menjaga pH air agar tetap dalam kisaran yang optimal.

Titik kematian ikan pada pH asam adalah 4 dan pada pH basa adalah 11. Pada umumnya ikan air tawar dapat hidup dengan baik pada pH sedikit asam berkisar 6,5 – 8, sementara keasaman air untuk perkembangbiakan ikan yang baik berkisar 6,4 – 7,0 sesuai jenis ikan sedangkan kisaran pH optimal untuk ikan berkisar 6,5 – 8,5.

4. Oksigen terlarut (Disolved Oxygen/ DO)

Oksigen merupakan unsur penting dalam air untuk mendukung kehidupan ikan patin. Kandungan oksigen terlarut yang optimal dalam air untuk budidaya ikan patin adalah sekitar 5-8 ppm (part per million). Jika kadar oksigen terlalu rendah, ikan akan mengalami kesulitan bernapas dan dapat menyebabkan stres oksigen. Oleh karena itu, penting untuk memonitor dan menjaga kadar oksigen dalam air agar tetap mencukupi kebutuhan ikan patin.

Meskipun beberapa jenis ikan mampu bertahan hidup pada perairan dengan kandungan oksigen terlarut < 3 ppm, namun kosentrasi yang baik dalam budidaya perairan adalah 5-7 ppm. Hanya ikan-ikan yang memiliki alat pernapasan tambahan yang mampu hidup pada perairan yang kandungan oksigen rendah, seperti lele, gurami, sepat, betok dan gabus.

5. Amoniak (NH3)

Amonia adalah limbah yang berasal dari sisa metabolisme dan pakan ikan yang terlarut dalam air. Amonia merupakan parameter kualitas air yang penting dalam budidaya ikan karena dapat mengganggu pertumbuhan dan merusak jaringan ikan. Seiring berjalannya kegiatan, budidaya ikan juga dapat menghasilkan produk sampingan berupa amonia yang dapat mengganggu sistem budidaya ikan. Hal ini dikarenakan amonia bersifat toksik bagi ikan di perairan. Terutama amonia dalam bentuk NH3, ion ini tidak bermuatan dan larut dalam lemak sehingga lebih mudah terserap dalam tubuh ikan dan menggganggu metabolisme. Kadar amonia dapat beracun bagi ikan yang dibudidayakan secara komersil pada konsentrasi diatas 1.5 mg/l, bahkan dalam kondisi ekstrim konsentrasi yang dapat diterima hanya 0.025 mg/l.

Adapun syarat mutu kualitas air budidaya ikan air tawar ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 8228 Bagian 4 Tahun 2015 yang dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Syarat Mutu Kualitas Air Budidaya Ikan Air Tawar

Selain untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan yang dibudidaya, menekan risiko masuk dan menyebarnya penyakit khususnya dari limbah dan kotoran manusia dan hewan, kontrol air juga bermanfaat untuk penggunaan air secara efisien (less water exchange) sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan; mencegah terjadinya salinasi terhadap sumber daya tanah dan air tawar.

Parameter-parameter kualitas air seperti suhu, kecerahan, DO, pH dan Amoniak memiliki korelasi yang terkait dengan kualitas perairan. Penurunan atau naiknya nilai salah satu parameter diatas dapat mempengaruhi nilai parameter yang lain dan mempengaruhi kualitas perairan. Beberapa hal ini tentunya menjadi alasan mutlak untuk malakukan pengecekan terhadap parameter kualitas air oleh para pembudidaya. Bagaimana caranya?

 

Bagaimana Cara Mengecek Parameter Kualitas Air Budidaya Ikan?

Pengecekan paramater kualitas air budidaya ikan dalam Standar Nasional Indonesia dipaparkan penggunaan beberapa untuk parameter. Pengecekan suhu air, dilakukan dengan menggunakan termometer pada permukaan air dan dasar wadah. Untuk pengecekan pH air, dilakukan dengan menggunakan pH meter atau pH indikator (kertas lakmus). Pengecekan parameter oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/ DO) dilakukan dengan menggunakan DO meter pada permukaan air dan dasar wadah. Sedangkan untuk pengecekan kecerahan dilakukan dengan menggunakan piring secchi berupa piringan berwarna putih bergaris hitam yang diberi tali atau tangkai dan dimasukkan ke dalam wadah budidaya, lalu kecerahan dinyatakan dengan mengukur jarak antara permukaan air ke piringan saat pertama kali piringan tidak terlihat dan dinyatakan dengan sentimeter (cm). dan untuk pengecekan amoniak (NH3), dilakukan dengan menggunakan amoniak test kit dan dinyatakan dengan miligram per liter (mg/l).

Syarat kualitas budidaya air yang dianjurkan dan diatur selama budidaya tidak serta merta menjamin tidak terjadinya perubahan yang dapat dikarenakan oleh berbagai faktor selama budidaya dilakukan. Oleh karena itu, kontrol kualitas air budidaya perlu dilakukan secara kontinu dengan menggunakan multiparameter yang dapat mengukur parameter kualitas air budidaya ikan.

Multiparameter untuk Kontrol Kualitas Air

Penggunaan instrumen multiparameter dapat memudahkan pembudidaya dalam mengontrol kualitas air. Penggunaan alat multiparameter dapat digunakan untuk 1 atau 2 parameter, dan bahkan lebih parameter. Misalnya untuk 1 parameter yang dapat diukur yaitu parameter oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/ DO); untuk 2 parameter yaitu pH dan DO; untuk 3 parameter yaitu pH, DO dan Amoniak. Pengukuran dengan penggunaan multiparameter membutuhkan elektroda spesifik parameter, misalnya elektroda pH; elektoda DO dan elektroda amoniak.

Adapun contoh display multiparameter yang menunjukkan pengukuran 1 parameter, 2 parameter dan 3 parameter secara bersamaan pada Gambar 1. di bawah ini.

Gambar 1. Display dan Konektor Multiparameter

 

Sedangkan contoh elektroda pH, elektroda DO dan elektroda amoniak ditunjukkan Gambar 2.

Gambar 2. Elektroda

 

Dengan penggunaan alat multiparameter dan elektroda spesifik parameter uji, petani diharapkan dapat mengoptimalkan kontrol kualitas air budidaya ikan air tawar, baik untuk parameter suhu, pH, DO dan amoniak dan serta-merta dapat menaikkan profit budidaya.

 

Referensi:

Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 8228 Bagian 4 Tahun 2015 Tentang Ikan Air Tawar

Previous Article

Uji Protein : Metode Kjeldahl atau Metode Dumas?

Monday, 28 October 2024
VIEW DETAILS

Next Article

Memilih Katalis yang Tepat Untuk Uji Protein Metode Kjeldahl

Monday, 11 November 2024
VIEW DETAILS